Ada perempuan yang sudah dua kali bertempur dengan aku Purbaendah. Hiyang juga tidak memberi informasi dari mana dia mendapatkan teknologi. Kali ini dia berpakaian serba biru dengan ikat kepala biru. Dia tidak menyukai baju bangsawan, lebih menyukai keprajuritan. Â Badannya kokoh dengan tinggi sekitar 165 cm. Â Taksiran aku,
"Bukan lutung sembarangannya kakakku Ratu Purbararang. Dia datang dari negeri langit."
"Pantas dia melumpuhkan banyak tentara kita."
Yang membuat aku bergidik, Purbaendah memegang senjata highvoltase. Lalu dia menyetel maksimal dan mengarahkannya ke sebuah batu kokoh, mungkin megalithikum dan ketika ditembakan tiga kali, batu keras itu pecah berkeping-keping.
Sialan. Gadis muda itu cerdas. Dia mungkin lebih cerdas dari Purbararang. Dia Bahkan yang paling berbahaya dibanding yang laki-laki sombong itu. Agak aneh, Purbaendah tidak membunuhku. Entah apa yang dipikirkannya. Apa dia punya agenda sendiri? Hiyang tidak memberi informasi lagi.
Senjata cambuk dia juga dari atas, dari koloni manusia yang lain, tapi juga bisa dari koloni di Titanium. Bisa juga dari alien lain. Â Begitu juga dengan perisainya. Dengan kekuatan seperti itu dia sebetulnya mampu jadi orang nomor satu. Tetapi sepertinya dia tidak tertarik pada kekuasaan besar. Dia mungkin cukup puas dapat wilayah sendiri.
Piuuh. Indrajaya tampak terkejut. "Senjata Dewa."
Ada seorang perempuan lain. Namanya Purbamanik. Saudara lain yang memihak Purbararang. Tetapi aku kira dia hanya pengikut. Â Dia dan Purbaendah masing-masing punya wilayah dan memerintah sebagai pimpinan bawahan. Â Purbamanik ini masih muda. Pakaiannya putih.
Lalu siapa Purbasari?
Nanti kamu tahu sendiri manusia. Hiyang membuatku penasaran.
Ada lagi seorang pria setengah baya dengan sumpit. Namanya Aki Panyumpit. Dialah yang melumpuhkanku.