Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Guru Minda (1)

13 September 2020   14:24 Diperbarui: 13 September 2020   15:49 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto:Youtube/Teguhgaming.

"Lalu kunaon, anjeun ingin tahu?"

" Aku mimpi bertemu seorang gadis yang berpakaian seperti yang diceritakan Teteh Mayang,  Ambu Mayang dan Ambu Ira juga berpakaian seperti ini. Aku yakin gadis dalam mimpi itu calon aku," kataku.

"Barangkali anjeun lihat di perpustaaan digital lalu direkam di otak dan muncul dalam mimpi," sahut Bagus.

"Ambu saya juga bilang begitu.  Teteh Mayang juga," jawabku.

                                                                                                          ***

Kami menumpang angkutan umum bus tenaga baterai dari stasiun ke kompleks pemukiman orangtuaku dengan waktu tempuh dua puluh menit setelah salat Asar di musala stasiun. Selama di Preanger Satu aku tinggal di asrama mahasiswa.  Setiap dua belas hari, biasanya memang aku pulang untuk tinggal selama tiga hari.

Gadis dalam mimpi? Betul, sudah setahun ini dia kerap muncul. Sebenarnya jauh sebelum rombongan Teteh Mayang eskpedisi ke Bumi, berpakaian kain hijau muda dan rambut yang tergerai hingga pinggang.  Huma dan hutan yang digambarkan persis seperti cerita Teteh Mayang yang bertemu Sang Kuriang.

Entah mengapa bisa dapat mimpi seperti itu? Mungkin pernah lihat buku tentang dongeng-dongeng Sunda di Bumi, kemungkinan ada gambar tersimpan di otak.  Rasanya aku pernah melihat gambar itu di ponsel virtual aku, mungkin ada akses ke perpustakaan digital  Preanger, lalu kehapus. Barangkali. Tetapi itu karena aku masih sendiri alias jomblo, kata bahasa nenek moyang  kami dulu.

Kami di tiba di gerbang Blok Tujuh Puluh Tujuh yang letaknya cukup tinggi. Pemukiman kami paling dekat dengan tembok kota  yang merupakan parameter pertama.

Di luar sana menurun bukit ada parameter kedua berupa lahan hijau terbuka yang bisa digunakan sebagai sarana rekreasi, kalau keadaannya aman. Namun di tembok ada pos-pos tentara yang mengawasi kalau mahluk buas yang disebut bolo masuk.

Mahluk buas itu bisa menggelinding seperti bola raksasa ini, bergaris tengah tiga meter. Kalau berdiri mahluk itu berkaki kecil tapi jumlahnya puluhan. Tubuhnya bulat dengan dua tangan yang menjulur panjang seperti belalai untuk memasukan mangsanya ke dalam mulutnya yang besar. Panjang belalainya tiga meter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun