Sepintas normatif, klise bahwa ini buah kerja keras, doa dan sebagainya seperti sinetron hidayah di televisi. Namun ternyata tidak si penulis yang berlatar seorang guru ini justru menyuguhkan hal tak terduga di belakang keberhasilan tokoh utamanya menjadi PNS, sebetulnya klunya sudah ada di prolog ceritanya. Cerdas. Â
Cara pengungkapan yang juga baik ditulis oleh Vira Nazifah Amelia, dengan setting sosial pedalaman Sumatera Selatan, tentang Fikri seorang sarjana lulusan perguruan tinggi yang jadi pengangguran di desanya. Ahirnya berhasil menjadi pegawai BUMN di perkotaan, tetapi dia mendapatkan kegetiran terkait keluarganya. Â Cerita bertajuk "Liontin Pertaruh" kuat karena mengungkapkan situasi sosial budaya daerah, seperti panggilan Uyung untuk anak laki-laki.
Hanya saja, saya tidak menemukan alasan dua penulis ini memberi judul cerpennya. Mungkin tersirat secara filosofis. Tetap bagus.
Penulis kelahiran Purwakarta 15 Agustus 1963 ini  populer pada 1980-an lewat karyanya "Balada si Roy", cerita serial yang dimuat di Majalah Hai. Gol A Gong seangkatan dengan Hilman Hariwijaya dengan  "Lupus"-nya.
Kelas Menulis Gol A Gong secara daring ini dilaksanaanApril 2020, yang digagas SIP Publishing Purwokerto cukup mengejutkan karena hanya berselang 2 bulan buku antologi ini siap terbit. Terdapat 15 cerpen dari 15 penulis di luar Gol A Gong sendiri. Masih banyak cerpen lain yang tidak singgung dalam review ini, yang tetap punya sisi menarik.
Secara keseluruhan antalog cerpen ini menurut saya memperkaya blantika fiksi Indonesia dan sekaligus juga menggali bibit-bibit para penulis dari berbagai penjuru nusantara dengan latar budayanya masing-masing. Â Mudah-mudahan diikuti antologi yang lain.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H