Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Fragmen Pandemi dalam "Orakadut Jadi Tokoh"

16 Agustus 2020   13:49 Diperbarui: 16 Agustus 2020   13:49 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gol A Gong-Foto: Eksposisi/Dokumentasi Pribadi.

Sepintas normatif, klise bahwa ini buah kerja keras, doa dan sebagainya seperti sinetron hidayah di televisi. Namun ternyata tidak si penulis yang berlatar seorang guru ini justru menyuguhkan hal tak terduga di belakang keberhasilan tokoh utamanya menjadi PNS, sebetulnya klunya sudah ada di prolog ceritanya. Cerdas.  

Cara pengungkapan yang juga baik ditulis oleh Vira Nazifah Amelia, dengan setting sosial pedalaman Sumatera Selatan, tentang Fikri seorang sarjana lulusan perguruan tinggi yang jadi pengangguran di desanya. Ahirnya berhasil menjadi pegawai BUMN di perkotaan, tetapi dia mendapatkan kegetiran terkait keluarganya.  Cerita bertajuk "Liontin Pertaruh" kuat karena mengungkapkan situasi sosial budaya daerah, seperti panggilan Uyung untuk anak laki-laki.

Hanya saja, saya tidak menemukan alasan dua penulis ini memberi judul cerpennya. Mungkin tersirat secara filosofis. Tetap bagus.

Gol A Gong-Foto: Eksposisi/Dokumentasi Pribadi.
Gol A Gong-Foto: Eksposisi/Dokumentasi Pribadi.
Gol A Gong yang bernama asli Heri Hendrayana Harris menyumbangkan cerpen berjudul "Orakadut Jadi Tokoh"  tentang "seorang gila" yang berhasil memikat massa, merupakan sindiran terhadap situasi politik saat ini.  Karya Gol A Gong  ini menjadi pembuka dan sekaligus jadi judul antologi cerpen ini.

Penulis kelahiran Purwakarta 15 Agustus 1963 ini  populer pada 1980-an lewat karyanya "Balada si Roy", cerita serial yang dimuat di Majalah Hai. Gol A Gong seangkatan dengan Hilman Hariwijaya dengan  "Lupus"-nya.

Kelas Menulis Gol A Gong secara daring ini dilaksanaanApril 2020, yang digagas SIP Publishing Purwokerto cukup mengejutkan karena hanya berselang 2 bulan buku antologi ini siap terbit. Terdapat 15 cerpen dari 15 penulis di luar Gol A Gong sendiri. Masih banyak cerpen lain yang tidak singgung dalam review ini, yang tetap punya sisi menarik.

Secara keseluruhan antalog cerpen ini menurut saya memperkaya blantika fiksi Indonesia dan sekaligus juga menggali bibit-bibit para penulis dari berbagai penjuru nusantara dengan latar budayanya masing-masing.  Mudah-mudahan diikuti antologi yang lain.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun