Sementara di panggung terbuka di atas kolam Taman Maluku disajikan kesenian Sumedang, yaitu calung, sempiong, gong renteng, sekonga, kuncung dan gemyung.
Sebuah drama bernafaskan Dwikora bertajuk "Perempuan dan Perbatasan" karya Mayor Endang Rusmana juga menjadi salah satu pertunjukan pada awal September 1964 di Gelora Sporthall. Drama itu menceritakan perjuangan ganyang subversif asing yang mencoba menyelundup Indonesia.
Menjelang penutupan pesinden kondang masa itu seperti Titim Patimah dan Upit Sarimanah  tampil mengisi acara hiburan di Sporthall.  Faktor hiburan lebih berhasil memikat pengunjung daripada informasi tentang keberhasilan pembangunan ekonomi di Jawa Barat.
Kinerja Ekonomi Jabar 1956-1964
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri dalam buku laporan kinerjanya pada 1965 mengungkapkan bahwa jumlah perusahaan di Jabar meningkat dari 100.983 perusahaan dan 222.983 buruh pada 1956 meningkat menjadi 132.322 perusahaan dan 356.563 buruh pada 1964.
Pada 1956 jumlah perusahaan tekstil sebanyak 2.072 buah meningkat menjadi 5.527 buah pada 1964. Â Pada 1964 ini jumlah perusahaan yang ada dan bekerja untuk satu shift saja, sekitar 7 jam, maka seluuh kebutuhan tekstil Jabar sebetulnya sudah bisa dipenuhi. Â
Namun buku itu juga mengakui pertekstilan adalah proyek nasional, maka produksi Jabar disalurkan ke daerah lain, terutama sarong tenon Majalaya, Bandung dan Garut digemari konsumen di luar Jawa.
Pemintalan Nupiksa Yasa di Bandung berkekuatan 8.000 spindel, pabrik Cipadung telah selesai sekitar 70 persen dan dimulai pembangunan pemintalan Banjaran dengan kekuatan sekitar 30 ribu spindel. Â
Pihak swasta turut pula berusaha dalam menyediakan bahan baku tenun dengan kekuatan 10 ribu spindel.
Industri kerajinan rakyat pada 1957 sekitar 61 ribu perusahaan, pada 1959 menjdi 70.500 dan 1964 menjadi sekitar 77 ribu perusahan  berupa anyaman, gerabah dan barang dari tanah ukiran dari kayu dan pandai besi. Kerajinan anyaman terutama pembuatan tudung dari Tasikmalaya/Rajapolah dan Tangerang.
Kerajinan seni hanya terdapat di Bandung saja dan produknya bermutu tinggi dan mendapat penghargaan, banyak dibeli oleh wisatawan dalam dan luar negeri.
Namun apabila dirinci, maka tidak semua usaha berkembang mengembirakan. Jumlah usaha susu berjumlah  31 dengan 360 buruh dengan produksi 700 ribu liter per tahun pada 1956. Jumlah perusahaan meningkat menjadi 32 perusahaan dengan 345 buruh dan produksi  976.765 liter dalam 1964.Â