Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1964, Banjir Film Nefos di Layar Bioskop

31 Agustus 2019   21:42 Diperbarui: 31 Agustus 2019   21:57 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 60-an, Vietnam Selatan memproduksi film-film nasionalis dan bahkan animasi, sementara Utara menyaksikan keberhasilan yang terukur dalam festival-festival film Eropa Timur dan Moskow. Pada Juli 1959 sudah terdapat Hanoi Film School.

Tiongkok menyajikan film bertajuk "Lin Zexu" (1959) tentang pejabat kerajaan Dinasti Qing jujur melawan kesewenangan Inggris dalam Perang Candu abad ke 19. Film ini menunjukan nasionalisme Tiongkok pas diproduksi dalam suasana perang dingin dan diproduksi untuk memperingati ulang tahun kesepuluh RRC.

Menurut peneliti sejarah Asia dari Universitas California, San Diego Paul G. Pickowicz, film ini mendapat perhatian para kritikus dari kubu Maois dan non-Maois. Pada awalnya keduanya menganggap "Lin Zexu" adalah film patriotik yang konsisten dengan pemikiran Mao Zedong.

Namun, pada tahap awal Revolusi Kebudayaan, kritikus Maois melakukan ofensif politik dan mengecam film tersebut sebagai "gulma beracun" yang memfitnah orang-orang China.

Saya menyaksikan sejumlah adegan menarik dari film ini yang mencerminkan smeangat patrotik orang Tiongkok-bahkan orang tua-melawan kesewenangan Inggris, hingga pemecatan terhadapan Lin Zexu. Adegan pertempuran kolosal di pantai cukup menawan untuk teknologi yang dimilik senias Tiongkok masa itu.

Polandia juga menghadirkan film berkualitas berjudul "Pasazera" (penumpang) produksi 1963. Film yang disutradarai oleh Andrzej Munk menggunakan bentuk film dokumenter, menceritakan pengalaman seorang perwira SS perempuan (diperankan oleh Aleksandra lska) yang bertugas di kamp konsentrasi Auschwitz selama Perang Dunia II, serta hubungannya dengan seorang tahanan politik Polandia, Marta (diperankan oleh Anna Ciepielewska), yang hidupnya ia selamatkan sesekali. 

Film ini mendapat salah satu penghargaan dalam Festival Cannes 1964. Sutradara film ini meninggal dalam kecelakaan mobil ketika sedang produksi, tetapi tetap dilanjutkan. Film ini dianggap sebagai New Wave Polandia, yang mendahului orang-orang dari Perancis, Jerman, Inggris.

Kritikus Jim Lim mengungkapkan film yang mewakili Korea Utara yang paling menjemukan dan paling kemah. Hongaria diwakili film tentang masalah pelaksanaan landreform berjudul "Korhinta" (1956). Film ini bercerita tentang seorang gadis petani muda sederhana Mari Pataki. Ayahnya melarang dia melihat pria yang dia cintai.

Sang ayah, terutama disibukkan oleh pekerjaan di ladang dan kekayaan prospektif, memutuskan untuk memberikan putrinya menikah dengan seorang lelaki tua tetapi kaya dengan siapa dia melakukan bisnis. Tanah menikahi tanah, katanya.

Ini tampaknya menjadi aturan keras dari kaum tani Hungaria. Namun kekasih muda ini siap menghadapi segala tantangan untuk menjaga cinta mereka. Jelas film ini mengkritik tuan tanah.

Film Perjalanan Sukarno ke Hongaria dan Pakistan juga menjadi film yang diputar sebagai selingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun