Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bandung 1964, Mahasiswa: Seni, Masalah Kejiwaan, Konflik CGMI-DM Publitistik Unpad

29 Mei 2019   04:24 Diperbarui: 11 Juni 2019   14:34 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mayjen Moestopo-foto: Pahlawan Center

Masalah Kejiwaan di Kalangan Mahasiswa 

Effy HS  dari Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) Bandung  dalam tulisan "Gangguan Sjaraf: Di Kalangan Mahasiswa" dalam Pikiran Rakjat, 31 Maret 1964 mengungkapkan, dari 70 mahasiswa yang datang ke Biro Konsultasi Fakultas Kedokteran Unpad pada enam bulan pertama, mengeluh belajar lekas Lelah. Sekitar 10 persen disebabkan karena tidak sesuai dengan jurusan yang mereka ambil (Fakultas Kedokteran). Lainnya karena kurang dapat menyesuaikan situasi akademik (9 persen), masalah keluarga (16 persen),  hingga gejala neurosis (15%) dan neurosis (8 %) (6)

Kasus neurosis juga ditemukan di Fakultas Pertanian UI di Bogor, dari 700 mahasiswa yang datang berobat diteukan tiga kasus psikosis.  Begitu juga di Unair, Surabaya, dari 1.400 mahasiswa ditemukan 4 kasus psikosis dan 19 kasus neurosis.  Sementara lima orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UI mengalami psikolgis setelah menjalani perploncoan.

Di antara mahasiswa Bandung yang dirawat di rumah sakit jiwa Bandung, Cisarua, dan RSUP Bandung dari 1960-1963 terdapat 24 penderita psikosis dan 100 penderita neuropsikosis. Mereka kehilangan keseimbangan emosi yang bisa menyebabkan turunnya prestasi di bidang studi.

Dalam tulisan lain Effy BS juga mengungkapkan banyak faktor yang menyebabkan masalah psikologis bahkan psikiatris yang dihadapi mahasiswa.

  1. Masalah keluarga, mulai dari sistem pendidikan yang kaku pada masa lampau, situasi keluarga dengan orangtua tidak bahagia, perceraian dan poligami, hingga mahasiswa yang sudah menikah menghadapi tekanan dari orangtua, seperti mereka belum sepenuhnya mencari nafkah.
  2. Masalah lingkungan seperti culture shock karena perbadaan cukup jauh antara situasi lingkungan sebelumnya dengan situasi yang dihadapi sekarang, kurang tempt rekreasi  agar mereka, mahasiswa bisa bersenang-senang guna mengurangi ketegangan, hingga kurangnya fasilitas bagi mahasiswa untuk menyalurkan masalahnya.
  3. Masalah studi, seperti pemakaian Bahasa asing pada kuliah dan ujian-ujian atau buku wajib rupanya merepotkan sebagian mahasiswa, peraturan ujian, hubungan yang kurang baik dengan staf pengajar, perbedaan yang sangat jauh antara ambisi atau cita-cita dengan kenyataan.
  4. Masalah Pemondokan , terbatasnya asrama mahasiswa membuat mereka mencari pemondokan dengan kantong sendiri, tempat pemondoan menumpuk mahasiswa berbagai jurusan yang membuat keberagaman cara berpikir, hingga tempat pemondokan yang kurang baik untuk belajar.
  5. Masalah keuangan, kesulitan keuangan mahasiswa untuk membeli buku-buku alat tulis dan mahasiswa terpaksa bekerja patuh waktu hingga energi terbagi dengan studi (7)

Masalah melonjaknya harga buku juga diungkapkan kolumnis Tresnajuwana.  Banyaknya penerbit dan toko buku menunjukan bahwa Kota Bandung memang kota pelajar.  Sayangnya, harga buku mengikuti irama menanjaknya harga kebutuhan lain. Harga  buku pelajaran untuk murid sekolah dasar mencapai ratusan rupiah. Apalagi buku-buku untuk perguruan tinggi. Sekalipun pemerintah mengklaim bahwa harga buku di Indonesia, termasuk termurah di dunia. 

"Yang penting sebenarnya bukan termurah atau banyak sedikitnya, mahal atau murah itu disesuaikan dengan nilai uang.Yang harus dipikirkan terbeli atau tidak oleh rata-rata rakyat Indonesia," ujar Tresna (8).

Konflik CGMI-Dewan Mahasiswa Institut Publitistik Unpad

Pertengahan Mei 1964, Fakultas Publistik Unpad berganti nama menjadi Institut Publististik JP Unpad,  untuk itu Dewan Mahasiswa Institut Publitistik  JP Unpad dilantik Moestopo. Mereka adalah R Roekomy, R Natawinarja, Asikin Martakusumah, Robby Tan dan Soegeng Sarjadi.  Dewan Mahasiswa dari fakultas ini menjadi menonjol pada pertengahan 1964 karena begitu kritis.

Mayjen Moestopo-foto: Pahlawan Center
Mayjen Moestopo-foto: Pahlawan Center
Pada Juni 1964 CGMI Cabang Bandung mengeluarkan pernyataan yang menghendaki Prof DR R Moestopo dari lingkungan Departemen PTIP dam Universitas Padjajdjaran. CGMI mendesak supaya Moestopo diganti oleh tenaga yang benar-benr Pancasialis serta Manipolis sejati. Pernyataan CGMI ini tersiar dan mendapatkan reaksi  dari Dewan Mahasiswa Institut Publitistik Unpad. 

Dalam rapat kilat pada 5 Juni, DM Publitistik menyesalkan pernyataan CGMI dan mengatakan justru Moestopo adalah orang yang tegas pendiriannya terhadap Pancasila dan Manipol Usdek, serta ajaran-ajaran Bung Karno. Oleh karena itu DM Publististik mendukung dan mempertahankan R Mostopo dengan segala konsekuensi dari mulai lemah sampai yang keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun