Pertunjukan sukses. Â Selain SAE tampilnya band Arulan yang juga para remaja dengan peralatan musiknya yang mewah juga memikat penonton, terutama di kalangan muda.
Setahu kita baru sekali sebuah pertundjukan sematjam ini kartjisnja djadi rebutan-malah di luar kartjis kelas I dan VIP ada jang berani membelinja antara Rp1.000 sampai Rp3.500. (14)
Wacana Pembangunan Gedung Kesenian
Akhir 1963 dan awal 1964 muncul wacana untuk membangun gedung kesenian di Kota Bandung. Pembangunan ini tidak lepas dari semangat untuk menjadikan Bandung menjadi ibu kota Asia Afrika. Anggota BPH Jawa Barat urusan kebudayaan Rahmi Sutresna menyetujui berdirinya gedung kesenian. Dengan adanya gedung kesenian itu menurut dia, rakyat bisa melihat dari dekat mengenal kesenian Indonesia dan bagaimana karya seniman.
Studi Klub Teater Bandung dan lembaga Lingga Binakit mengusulkan agar bioskop Nusantara di kawasan alun-alun adalah lokasi yang tepat. Dua lembaga ini berkaca pada berbagai event pertunjukan musik dan budaya yang kerap di selenggarakan di bioskop ini pada akhir 1950-an dan awal 1960-an.
Usulan pembangunan gedung kesenian umumnya didukung oleh para tokoh lintas ideologi. R Sabri Gandanegara menyebut cita-cita membangun gedung kesenian adalah cita-cita umat Islam. Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia tidak ketinggalan mendukungnya. Â
Dengan adanya gedung ini kebudayaan Islam di Indonesia bisa dimegahkan. Dia juga meminta agar pertunjukan disesuaikan dengan kepribadian Indonesia.
Sebanyak 23 organisasi kesenian di Bandung kemudian menyatakan dukungannya termasuk 17 organisasi yang bernaung di bawah Badan Musyawarah Seni Tari Sunda (15).
Anggota DPRD Gotong Royong Jawa Barat Drs Badril Sunitawinata beberapa hari kemudian mengemukakan rencana merombak Bioskop Nusantara menjadi gedung kesenian memerlukan biaya yang besar dan tidak efesien. Lebih baik membangun gedung baru , karena gedung kesenian itu harus cukup besar.
Barli menuturkan usul tersebut akan dijadikan bahan dalam beleid panitya yang akan dibentuk berlandaskan kekuatan nasakom, yang terjain dalam lembaga kebudayaan, yang ada seperti LKN, Lekra dan lembaga lainnya. Barli mengklaim mendapat dukungan dari Gubernur Mashudi, Wali Kota Priyana Kusumah hingga Direktur Bank Negara Indonesia R Gartina (16). Â Â
Namun perjalanannya pendirian gedung kesenian kota Bandung sesuai dengan konsepnya tidak pernah terwujud hingga akhir kekuasaan Sukarno.