Melihat kenyataan-kenyataan ini banyak pula perusahaan konveksi kecil yang mendrop barangnya lewat pegawai-pegawai yang ada di berbagai jawatan pemerintah untuk dijual secara angsuran dan tampaknya penjualan secara  ini yang paling laris. Antara lain didrop pula kemeja-kemeja yang sudah jadi seharga Rp1.000 ke atas dengan enam kali angsuran, bahan-bahan pakaian wanita  dan sebagainya.
Pada hari-hari menjelang lebaran ini banyak kantor pemerintah menjadi pasar penjualan pakaian kredit yang diusahakan oleh beberapa pegawai sendiri secara pribadi yang mempunyai hubungan dengan perusahaan-perusahaan tertentu.
Pikiran Rakjat edisi  6 Februari  1964  mengungkapkan keluhan Seorang pimpinan Kantor Pemerintahan di Bandung  bahwa dengan cara menghutang sebenarnya menambah  berat penderitaan pegawai negeri dewasa ini.  Kehidupan mereka cukup  sulit dengan seretnya  pembagian beras pegawai negeri.
Pada waktu gajian pada tanggal 28 dan 29,  ada yang tidak menerima gaji sepersen pun, selain bon-bon potongan koperasi dan potongan hutang lainnya. Di samping pulang tanpa uang banyak pegawai yang belum menerima pembagian beras bulan Desember 1963. Usaha untuk mendapatkan pinjaman  Lebaran di berbagai jawatan merupakan suatu yang tidak mungkin dilaksanakan .
Rosihan Anwar dalam  bukunya  (Anwar, 1980, hal 396)  mencatat harga minyak tanah di Bandung  mencapai Rp40 per liter dan sukar didapat.  Situasi  semakin  memburuk dengan terjadinya Ketegangan  Indonesia  dengan Inggris terkait masalah Malaysia.
Kaum buruh Indonesia mengambil alih tiga buah perusahaan Inggris, yakni Unilever di Jakarta P & T, serta satu lagi di Subang .  Dua hari kemudian  PT Shell Indonesia  milik campuran Inggris-Belanda juga diambil alih, disusul Pabrik rokok British  American Tobacco (BAT) di Cirebon  juga diambil alih .    Â
Merosotnya  daya beli tampak dari  cara sebagian besar masyarakat Bandung mencari tempat rekreasi yang  murah.  Taman Hewan di  kawasan Tamansari menjadi salah satu tempat untuk berekreasi pada hari lebaran. Harga karcis meningkat Rp25 per helai tahun lalu Rp15.
Pada 1964 pengunjung berjumlah 49.800 dengan pemasukan Rp1.245.000. Tahun lalu jumlah pengunjung 43.699.  Namun jumlah ini merosot karena pada tahun 1962 pengunjung  112.000 orang dan 1961 jumlahnya 116.000 orang.
Dengan demikian Lebaran Tahun 1964  ini merupakan Lebaran yang paling prihatin.  Kelangkaan beras, minyak tanah  dan masalah ekonomi lainnya masih menunggu.Â
Irvan Sjafari
Sumber  Primer: