Sulitnya  hidup tampak  dengan meningkatnya  kejahatan. Pencurian kendaraan bermotor dalam kota Bandung selama 1963 menurut catatan  Polisi Kota Besar Bandung meliputi 43 buah. Jumlah ini menurut Catatan Polisi kota Bandung terbesar dibandingkan tahun sebelumnya.  Dari jumlah 43 buah itu, hanya 11 yang berhasil ditemukan.
Kendaraan bermotor yang ditemukan kembali, ada yang masih utuh dan ada yang onderdilnya dipereteli. Â Di samping itu selama awal tahun hilang dua buah jeep dan sebuah di antaranya ditemukan kembali. Sebuah skuter dicuri tetapi pencurinya tertangkap basah.
Sekitar seminggu  setelah  Tahun Baru  Polisi Seksi  Satu Bandung  melancarakan Gerakan Razia terhadap tempat-tempat tuna susila  pada sekitar135 tempat . Sebanyak 250 tuna susila dan 26 oranglainnya  ditahan karena melanggar peraturan.
Sewaktu dilakukan gerakan razia terdapat muka-muka baru yang berumur antara 11 dan 20 tahun, yang berasal dari daerah-daerah. Â Dalam pengakuan mereka kebanyakan baru menjalankan praktiknya antara dua sampai lima bulan. Â Dalam pengakuan mereka terpaksa berbuat hina ini hanyalah sulitnya mencari pekerjaan .
Hampir 90 persen dari  seluruh tuna susila yang berpraktik di daerah  Seksi Satu  berasaldari Kadipaten,  Majalengka, Kuningan, Sumedang dan ada pula yang berasal dari Brebes dan Tegal, Jawa Tengah.
Para  muka  baru ini belum mmeiliki surat keterangan dari polisi dan surat suntik, Mereka akan  segera diserahkan kepada Jawatan Sosial untuk ditampung di rumah perawatan. Selain itu pula razia ini berhasil membekuk dua orang pencuri yang disergap sewaktu mereka memasuki sebuah rumah.
Fenomena sosial  lainnya  ialah merajalelanya  peramainan judi yang  disebut ujeng, semacampermainan roulette formal kecil. Permainan ini digelar  terutama di tempat-tempat ramai, yang banyak dikunjungi rakyat kecil.Â
Alat yang dipergunakan dalam permainan Ujeng ini sangat sederhana sekali, yaitu plat-plat  gramophone bekas yang  diberi nomor dari 1 sampai 12 yang diputarkan di atas sebuah sumbu yang biasanya dibuat dari pada pentil sepeda.  Dalam praktiknya karena plat  gramophone ini sangat ringan dalam pemutarannya maka si pemasang jarang sekali mendpaatkan hasil. Sebaliknya bandarlah selalu mendapat hasil besar.
Permainan Ujeng ini oleh polisi Kota Besar Bandung termasuk keseluruhan  seksi telah banyak ditangkap dan diajukan ke depan pengadilan. Perkembangannya sulit diatasi karena ada orang-orang tertentu yang selalu melindungi  bandar-bandar.  Malahan pernah terjadi perkelahian antara polisi dan pelindung Bandar
Apabila Bandar sedang main, maka di sekelilingnya ditaruh penjaga (voorpost) untuk mengetahui jika ada alat-alat negara yang menggrebeg. Para Bandar ulet sekali menghilangkan jejak bukti, baik berupa uang maupun alat-alatnya. Biasanya alat judi berikut uangnya dioper kepada kawannya dan dibawa lari.
Laporan  pihak kepolisian menyebutkan kekhawatiran banyaknya anak-anak di bawah umur ikut serta secara langsung ikut taruhan.Menurut pengakuan anak-anak itu, uangnya berasal dari  pemberian orangtuanya sebagai uang jajan  atau uang sekolah.