Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertempuran Laut Aru, Babak Pertama Pembebasan Irian Barat

15 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 15 Januari 2019   06:40 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekalipun belum secara rinci Antara 17 Januari 1962 menyebutkan,  terjadinya pertempuran pada 15 Januari 1962 antara kesatuan  patroli ALRI dengan kesatuan laut Belanda di sekitar Pulau Aru.  Belanda terlebih dahulu menyerang kesatuan patrol dan menyusup ke dalam perairan teritori  kita. Dengan demikian terbukti  Belanda dalam hal ini menjadi agresor dan harus bertanggungjawab sepenuhnya atas segala akibat peristiwa tersebut.

Penyataan itu diumumkan Juru Bicara Menteri/KSAL Mayor Laut Ambardy dalam pernyataan bertajuk "Tidak ada Kompromi bagi kita".

Pertempuran terjadi pada pukul 21.00, sekitar 25 mil  sebelah barat daya Irian Barat, di mana kesatuan-kesatuan patrol kita MTB (kapal Cepat torpedo) telah diserang secara mendadak dengan kekuatan yang lebih besar.  

Kapal patrol Indonesia hanya bersenjata meriam anti pesawat udara, sedangkan kapal perang Belanda terdiri dari kapal perusak (destroyer), satu fregat (juga dari kelas destroyer), serta dibantu sebuah pesawat pembom  Neptunus.

Kapal perang Belanda bersenjatakan 4 meriam kaliber 4,7 inci atau 11,75 cm), 4 meriam kaliber 40 mm. Kedua jenis meriam itu untuk sasaran di laut maupun di udara. Setiap kapal juga dilengkapi enam meriam anti udara kaliber 12,7 mm, 8 laras torpedo serta sejumlah bom laut.  Sedangkan pesawat Npetune adalah pembom jarak jauh.

Mayor Laut Ambardy kembali memberikan keterangan resmi pada Kamis,18 Januari 1962 yang isinya membenarkan terjadinya pertempuran  Laut Aru antara ALRI dengan Angkatan Laut Belanda pada 15 Januari 1962. 

"Dalam pertempuran itu MTB kita  RI Matjan Tutul telah ditenggelamkan pihak musuh," ujar juru bicara Angkatan Laut itu, seraya mengatakan bahwa Komodor Yos Sudarso, Deputi Kepala Staf Angkatan Laut belum ditemukan seperti dilansir Pikiran Rakjat, edisi 19 Januari 1962.

Keberadaan RI Macan tutul di perairan itu dalam rangka patrol rutin mempertinggi kewaspadaan. Kapal patroli kecil itu tidak mempunyai sifat agresif, karena mustahil dilakukan sebuah kapal kecil yang berada di bawah pimpinan langsung Deputi KSAL.  

Dia juga mengungkapkan, kekuatan RI hanya satu satuan kecil menghadapi armada musuh yang jauh lebih besar.  Beradanya Komodor Jos Sudarso di tempat tersebut membuktikan akan kebesaran jiwa kepemimpinan beliau, sehingga sekalipun kesatuan kecil dapat memberikan perlawanan sehebat-hebatnya.  

Mayor Laut Ambardy menyebutkan pesan terakhir yang disampaikan Yos Sudarso melalui RTF (Radio Telefonie) : "Kobarkan semangat pertempuran! "  beberapa saat sebelum RI Macan Tutul tenggelam. Kontak pertama dengan pihak musuh dicapai dalam jarak tiga mil, dalam keadaan di mana kesatuan MTB kita diserang lebih dahulu dan segera membalasnya.

Strategi ini digunakan  Yos Sudarso agar  MTB lainnya dapat meloloskan diri dan musuh memusatkan tembakannya kepada MTB Macan Tutul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun