Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Musik Diskotek Menjadi Kenangan

3 Oktober 2018   16:34 Diperbarui: 3 Oktober 2018   20:12 2809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara film John Travolta pada era sesudahnya mempromosikan musik disko. Seingat saya John Travolta kerap disebut teman-teman saya waktu duduk di bangku SMP awal 1980-an.

Era musik disko berakhir akhir 1990-an, bukan saja berkaitan dengan era reformasi, tetapi juga perubahan zaman di era digital ini hingga demam K-Pop. Para pembicara juga menyebut musik disko hanya fenomena sebuah zaman. Tidak akan bangkit lagi.

Ada hal yang menarik dicetuskan Bondan, seperti yangs ecara tak langsung disinggung Ere berkunjung ke diskotek sebetulnya ajang untuk sosialisasi. Datang ke diskotek bukan hanya untuk ajojing tetapi juga keakraban karena waktu itu belum ada gadget. Sekarang anak milenial lebih melihat gadget untuk bersosialisasi.

Bodan juga menyinggung K-Pop sebagai strategi industri kreatif Korea by design bukan begitu saja disebarkan.

Sementara Indonesia hanya menjadi konsumen budaya dari luar.

"Kita tidak punya strategi budaya," pungkasnya. 

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun