Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1961 | Defisit Anggaran Kota dan Gerakan Koperasi

5 Agustus 2018   21:36 Diperbarui: 5 Agustus 2018   22:00 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pusat Koperasi Siliwangi contoh lain gerakan pelopor berkoperasi. Koperasi ini  pada pertengahan Juli 1961 dijadikan model koperasi untuk  Angkatan Darat yang akan didirikan di sleuruh Kodam.  Pada Rapat Anggota Tahunan yang diadakan pada  Kamis 13 Juli 1961, Pusat Koperasi Siliwangi mengumumkan keuntungan bersih Rp15 juta.

"Koperasi bukan mencari keuntungan melainkan untuk meringankan hidup anggotanya," ujar Pangdam VI  Siliwangi Ibrahim Adjie kepada Pikiran Rakjat, Jumat 14 Juli 1961.

Gerakan koperasi tumbuh di Kota Bandung.  Diperkirakan terdapat lebih dari 200 koperasi konsumsi dan 200 koperasi serba usaha  hingga 1961. Namun jumlah koperasi yang banyak ini membuat pihak jawatan koperasi berupaya melakukan penertiban agar maksud gerakan koperasi untuk memberdayakan ekonomi rakyat sesuai treknya dan bukan sebaliknya. 

Pada pertengahan Desember 1961 diadakan pembicaraan antara DPRD GR Kota Bandung dengan Jawatan  Koperasi tanpa keputusan penting, kecuali bahwa koperasi serba usaha akan lebih diperhatikan.

Upaya penertiban perlu. Sekalipun koperasi tumbuh bak jamur di musim Indoensia, tetapi seringkalikurang efektif.  Sebagai contoh pada 1961 di lingkungan Kantor Pemerintah Kotapraja Bandung telah berdiri tujuh buah koperasi simpan pinjam yang berada pada beberapa unit kerja.  Padahal anjuran dari Pemerintah pusat, bahwa pada setiap jawatan atau instansi hanya diperbolehkan satu Koperasi Pegawai (1)

Menjelang akhir 1961 gerakan koperasi tampaknya menjadi satu-satunya harapan ekonomi warga tidak saja di Bandung, tetapi juga di beberapa tempat di Jawa Barat. Selain Bandung dan Tasikmalaya, gerakan koperasi yang agresif terdapat di Kota Cirebon.

Di Cirebon, keberadaan batik menghidupkan gerakan koperasi.  Ketua Gabungan Koperasi Batik Indonesia Cabang Cirebon Tarmidi pada  awal Juli 1961 dalam sebuah konferensi pers di kota itu mengumumkan, 23 koperasi primer sudah bergabung ke GKBI.  Anggotanya meliputi 7000 pengusaha dan 200 ribu buruh, belum termasuk keluarga mereka.

Anggota GKBI tersebar di Ponorogo, Tasikmalaya, Cirebon, Tulungagung, Gresik, Kudus, Pekalongan, Jakarta, Semarang, Surabaya dan Ciamis. GKBI disebut mempunyai kantor pusat di Jakarta. 

"Salah sama sekali anggapan koperasi hanya mampu bergerak di lapangan sempit. Koperasi sanggup melayani kebutuhan semua lapisan masyarakat," kata Tarmidi, seperti dikutip Pikiran Rakjat,  6 Juli 1961.

Pada akhir 1961 di Kota Cirebon terdapat 752 koperasi primer dengan anggota lebih dari 80 ribu orang.  Jumlah yang luar biasa mengingatkan populasi penduduk kota Cirebun hanya beberapa ratus ribu jiwa.  Total simpanannya  lebih dari Rp32 juta. Di kota ini juga terdapat 8 pusat koperasi  dengan total simpanan Rp1.749.659,06. Jumlah uang berputar sampai dengan Triwulan ke II Ro136.402.575,20.   

Pada tahun sebelumnya jumlah koperasi primer hanya 279 buah dan anggota sebanyak 62 ribu, serta uang simpanan Rp28 juta dan hanya ada 3 buah pusat koperasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun