Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Bandung sebagai Kota Musik Hanya Tinggal Menunggu Deklarasi?

26 Juni 2018   20:40 Diperbarui: 28 Juni 2018   21:09 3834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung juga memiliki Sekolah Tinggi Musik Bandung, jurusan seni musik di perguruan tinggi, selain di Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan musik juga diajarkan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung dan Universitas Pasundan.  Selain itu terdapat beberapa pendidikan musik informal, seperti Sekolah Musik Harry Roesli dan Elfas.

Beberapa band di Bandung juga menggelar kelas musik.  Mocca misalnya beberapa kali menggelar kelas musik. Misalnya, pada 29 Januari 2017 berkoloborasi dengan Nu Art Music Lab, mengadakan kelas di Nu Art Sculpture Park  yang diikuti 50 musisi .  Ruang kelas yang lus dimanfaatkan Mocca untuk menggelar lokakarya bersama.

Para musisi dibagi kelompok per isntrumen di empat titik di Nu Art Sculpture Park. Para peserta berlatih memainkan gitar, ukulele, alat musik gesek, alat musik tiup, perkusi hingga vokal. Yang menarik di antara para peserta terdapat kaum difabel. "Siapa pun berhak memainkan musik," cetus Ketua Komunitas Swingging Friends Agung Kurniawan (Pikiran Rakjat, 3 Februari 2017).

Faktor Geografis dan Sejarah

Selain ditopang dengan keberadaan perguruan tinggi, situasi geografis Kota Bandung yang sejuk hingga perkembangan pariwisata mendukung keberadaan band. Setidaknya  sejak 1950-an, ketik a aneka pertunjukkan hiburan dan lomba musik kerap digelar di Kota Bandung.  Ebed Kadarusman, Theresa Zen, Sam Saimun datang dari era ini.

Pada era 1950-an, pertunjukkan musik  kerap di gelar dalam frekuensi  yang cukup sering  di Hotel Savoy Homman, Hotel Lembang, Bumi Sangkuriang di Cimbeleut,  Lyceum di Jalan Dago, Karang Setra, hingga bioskop Varia dan berlanjut di Bioskop Nusantara.  Musik rock n roll dari Barat, jazz (sekalipun masih minoritas)  menjadi kiblat musisi era itu.  Di satu sisi musik tradisional tetap eksis berkat upaya seniman seperti Mang Koko dan Mang Udjo.  

Kota Bandung yang punya catatan  perkembangan musik  dibanding kota-kota lain di Indonesia, bahkan Jakarta yang masa itu baru berupa The Big Village.  Hasil riset saya menunjukkan bahwa  jumlah rasio pertunjukkan musik, band dan keberadaan musisi dibanding populasi penduduk, Bandung menunjukkan keunggulan.  Bandung adalah kota metropolis pertama, sejak masa Hindia Belanda ketika sudah menjadi Parys van Java. 

Beberapa ajang yang mendukung kegiatan musik yang pernah berlangsung pada 2000-an seperti Braga Festival, ternyata sudah pernah diadakan akhir Agustus hingga awal September 1961, diadakan untuk menyambut Pon ke V di Kota Bandung beberapa minggu kemudian.  Jawara musik Bandung tahun 1950-an seperti Theresa Zen,  menurunkan penyanyi yang juga mumpuni seperti Lita Zen.

Jadi sebetulnya kultur musik sudah lama berakar di kota Bandung. Hanya tinggal keberanian pemerintah kota Bandung untuk menyatakannya.  

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun