Mereka menikah bulan berikutnya/dengan upacara yang sederhana/dengan upah kerja sedikit saja.
Dalam lagu ini buruh pabrik gula (saya menduga Franky mendapat inspirasi dari pabrik gula di Jawa Tengah atau Jawa Timur) Â dibayar murah untuk memetik tebu hingga penggilingan hingga menjadi gula. Â Namun suami-isteri ini menerima dan menjalani hidupnya dengan pasrah. Nrimo dan tidak neko-neko.
Citra orang desa dalam lagu ini masih kerap memakai kebaya, naik sepeda, berpendidikan rendah.
Lagu ini ditutup dengan miris.
Ketika lahir anak pertama/Mereka sudah tidak bekerja/Pabrik gula kurangi tenaga/Mesin-mesin telah tiba.
Franky melontarkan kritik sosial tanpa menyalahkan siapa-siapa. Dia hanya mengungkapkan sebuah kenyataan. Â Lagu ini diyanyikan tidak lebaydalam meratapi kehidupan kaum marjinal, tetapi memberikan simpati yang mendalam.Â
Orang Desa Saat Ini
Pertanyaan saya benarkah kehidupan orang desa saat ini masih sama?
"Tidak lagi seperti itu!" kata teman saya Ayu, yang tinggal di kawan yang tinggal di Kabupaten Bogor, senada juga Mutia di Gunung Kidul, Ciciek di kawasan Singasari, Malang. Dalam arti gaya hidup dan perilaku.
Ketiganya menyebutkan, jarang dijumpai perempuan desa menggunakan kebaya, kecuali untuk acara tertentu. Perempuan desa sudah memakai pakaian modern, bahkan yang sudah sepuh sekali pun. Â Perempuan tidak lagi mengayuh sepeda. Kalau ke ladang malah di antar menggunakan motor.Â
Sejak 1990-an gadis-gadis sudah banyak yang sekolah tidak lagi ke ladang. Perempuan kalau ke ladang masih ada yang memakai kain di kepala, tetapi sekarang juga hijab. Kalau rumah jauh hasil panen diangkut dengan kendaraan roda empat.