Hal yang sebangun terasa pada lagu "Menyambut Musik Petik". Â Bait pertamanya mengingatkan saya ketika perjalanan ke Banten bersama tim melintasi ladang dan sawah pada 2001.
Aku berdiri di batas desa/Hijau kuning terhampar di depanku/Perempuan desa di tengah ladang/dengan kain di kepala, sedang bekerja.
Saya membayangkan kalau jadi backpacker sendirian mengalami suasana seperti yang dinyanyikan Franky. Â Terasa begitu damai dan harmonis.
Memetik hasil ladang dengan wajah berseri/Berjalan membawa pulang hasil ladang mereka dengan sinar di mata/Terasa lega di hati/Tak ada bencana di musim ini. Â
Saya membayangkan kegembiraan para petani ketika panen berhasil, tidak ada serangan hama, bencana kekeringan atau banjir. Â Hal itu anugerah terindah bagi mereka.
Menyambut musim petik/Tangan bergandeng tangan/Perempuan menari/ dengan kain merah, kuning dan hijau/kaki-kaki dihentakan/ikuti irama tetabuhan.
Jane menutup bait itu dengan tempo lebih cepat. Rakyat desa menyatakan kegembiraannya dengan cara yang sederhana. Lagu favorit saya dan menjadi salah satu lagu wajib didengarkan di Youtube.
Yang menarik bagi saya adalah citra perempuan desa yang digambarkan rajin ke ladang, dengan kain di kepala. Â
Begitu juga dengan lagu "Musim Bunga" yang berisi tentang suatu kampung penghasil bunga. Â Bila menyimak lagu ini, maka terbayang suatu kampung dengan bunga warna-warni di halaman pekarangan rumah rakyat. Â Bait keduanya menggambarkan kegembiraan ketika tiba waktunya memetik bunga.
Ramai-ramai perempuan desa dengan keranjang di atas kepala/Burung-burung yang berkicauan/menemani mereka memetik bunga/Senyum beberapa wanita, yang menyelipkan bunga di rambutnya.
Lagu terakhir yang saya bahas dalam tulisan ini ialah "Siti Julaika", yang berkisah secara runtut tentang perempuan yang memakai kebaya mengayuh sepeda ke pabrik gula. Di pabrik gula itu Julaikan mendapat jodoh dengan Durahim, sesama buruh.