"Ada satu hal yang kita lupakan, yaitu keteangan dan ketenteraman politik. Kegelisahan karena tekanan ekonomi sudah cukup besar dan hendaknya jangan diperbesar dengan keguncangan politik. Oleh karena itu ketenteraman politik dasar bagi semua usaha kita di tahun 1961."
Demikian pidato dari Gubernur Kepala Daerah Jawa Barat Kolonel Mashudi di RRI menyambut Tahun Baru 1961 seperti dikutip Antara, 1 Januari 1961.Â
Gubernur Mashudi dalam pidatonya menjanjikan pembangunan desa dan mempergiat proyek perindustrian, khususnya pertekstilan, selain pertambangan. Â Pendidikan diarahkan kepada kejuruan tanpa mengabaikan pendidikan dalam arti umum. Â Begitu juga dalam rehabilitasi daerah dan pembinaan wilayah.
Disebutkan pula latihan kemeliteran bagi kurang lebih 3000 pegawai sipil dan pamongpraja yang masih akan dilanjutkan.
Suasana 1960 sudah cukup memanas, baik di Indonesia maupun di Jawa Barat.  Dekrit Presiden 5 Juli 1959,  pencanangan Demokrasi Terpimpin, pembubaran parlemen hasil Pemilu 1955, doktrin  Manipol-Usdek, pembubaran Masyumi-PSI menimbulkan reaksi pro dan kontra.Â
Yang setuju -- di luar mereka yang punya kepentingan politik- adalah mereka yang sudah jenuh dengan jatuh bangunnya kabinet, yang tidak setuju- di luar mereka yang tidak suka dengan Partai Komunis Indonesia-mencurigai bahwa Soekarno ingin menjadi ditaktor. Pembentukan DPR-GR dianggap sebagai pemberi legitimasi terhadap kebijakan Soekarno.
Di bidang ekonomi masalah beras masih merupakan salah satu masalah utama. Wakil Gubernur Jawa Barat Astrawinata mengungkapan jatah pembelain padi untuk Jabar 330 ribu ton atau bertambah 30 ribu ton dibanding 1960.
Dalam Januari 1961 Kota Bandung mengalami krisis semen, terutama semen Gresik. Â Penyebabnya tidak adanya alokasi dari distributor. Â Akibatnya harga semen dengan cepat merangkak naik dari Rp108 per sak menjadi Rp120 per sak dan akhirnya Rp160 per sak.
Hingga pertengahan Januari 1960, toko-toko di Kota Bandung tidak mau mematuhi aturan yang dikeluarkan Pemerintah Kota agar buka sampai jam 20.00. Mereka sudah tutup menjelang mahgrib. Â Dandim Kota Bandung Letkol Suratman mengancam memberi tindakan sepenuhnya bagi pengusaha toko yang tidak patuh.
Pemilik toko mengkhawatirkan sepinya pembeli dan lesunya daya beli. Namun pihak berwenang ingin kehidupan dan keindahan kota pulih dengan masih dibukanya toko-toko. Â Pemkot dan militer menyebutkan bahwa warga Bandung yang tidak sempat berbelanja siang hari akan berbelanja malam hari.
Dunia hiburan tidak lagi sehingar bingar tahun sebelumnya. Hanya Grand Hotel Lembang dan Karang Setra yang menawarkan pertunjukkan musik dan acara dansa. Â Bioskop Nusantara, Parahyangan, Nirmala dan Fajar memutar Hannibal (1959) yang dibintangi Victor Mature. Â Bioskop lain Psupita, Pelangi, Kentjana dan Indra mmeutar Madame White Snake yang dirilis pada 1960.