Awal Februari itu juga Universitas Padjadjaran dilengkapi dua lembaga baru yaitu Lembaga Pendidikan Jasmani dan Lembaga Pendidikan Kesenian. Lembaga yang kedua ini dipimpin RTA Sunarja dan wakilnya Drs. Barli Sasmitawinata. Lembaga ini didirikan juga dengan tujuan membendung pengaruh kebudayaan asing dan mengadakan percobaan kreasi baru [6].
Perkembangan baru yang menarik ialah pendirian Fakultas Djurnalistik dan Publisitas yang membuatnya berbeda dengan pendirian fakultas lain di Unpad. Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia dibentuk sebuah institusi pendidikan wartawan secara akademik dalam sebuah fakultas.
Para pendirinya juga berlatar belakang wartawan dan pers dan yang terpenting berdiri justru ketika situasi ekonomi dan politik Indonesia memanas dan tidak terlalu bersahabat dengan pers. Naiknya harga kertas membuat kehidupan surat kabar berada dalam tekanan, termasuk dua koran terkemuka di Kota Bandung seperti Sipatahoean dan Pikiran Rakjat.
Awal pembentukannya dimulai pada akhir Februari 1960 ketika Presiden Unpad Iwa Kusumasumantri menunjuk Brigen Profesor Dr. Moestopo, untuk mengetuai sebuah delegasi. Ikut terlibat dalam delegasi itu Ketua Persatuan PWI Jawa Bara AK Jacoby dan R. Roekomy (Wakil Kepala Jawatan Penerangan Jawa Barat), AZ Palindih seorang jurnalis dan pengurus Serikat Perusahaan Surat Kabar menjadi bendahara, Azhari Sulaeman, Djamal Ali [7].
Latar belakang AZ Palindih sebetulnya dari Sumatera Barat, tetapi dia sudah malang melintang ke-Indonesiaan pada masa Kolonial. Kiprahnya di dunia pers yang bisa terlacak adalah redaktur suratkabar Pewarta Timor dan Obor Masjarakat pada 1936 (Klinken, 2015:135). AZ Palindih ini ikut membidani pendirian Pikiran Rakjat pada 1 Juni 1950 bersama Djamal Ali.
Djamal Ali, Kelahiran Yogyakarta, 24 Desember 1914 menjadi jurnalis sejak masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang. Pada masa Perang Kemerdekaan memimpin surat kabar Boeroeh di Yogyakarta (Suwirta, 1999:310-311).
Awal Juni 1960 pendirian Fakultas Jurnalistik dan Publisitas sudah bisa dipastikan untuk tahun kuliah 1960/1961. Syarat masuk seperti fakultas lain ialah mereka yang lulus ijazah SMAN A, B mau pun C dan sederajat. Namun ada tambahan lain, yaitu siapa pun yang punya pengalaman kerja di bidang jurnalistik dan publitistik dan memenuhi syarat pertimbangan Dewan Dosen dapat juga menjadi mahasiswa.
Pendaftaran dimulai pada 7 Juni hingga 1 September 1960 pukul 09.00 hingga 12.00 di Sekretariat Panitya Pendirian Fakultas Jurnalistik dan Publisitas Yayasan Unpad dan Balai Wartawan. Pada waktu wartawan Bandung sudah punya markas baru di Jalan Asia Afrika (bekas Gedung GIA). Uang pangkalnya Rp300 dibayarkan ketika diterima. Lama pendidikan untuk tingkat sarjana muda selama tiga tahun dan sarjana selama dua tahun setelah tamat sarjana muda [8].
Outwall Student untuk Pertama Kali
Terobosan cara mengajar untuk mahasiswa golongan kedua ini terbilang baru dalam sejarah perguruan tinggi di Indonesia waktu itu. Rapat antara pengurus Yayasan Universitas Negeri Padjadjaran dan panitya pendiri Fakultas Djurnalistik dan Publisitas yang dilangsungkan pada Rabu, 29 Juni 1960 memutuskan untuk membuka dan menerima “Outwall Students”.
Cara kuliahnya ialah korespondensi atau melalui pos yang disebut post graduate course. Penerimaan mahasiswa “Outwall Students” ini dimaksudkan guna memberikan kesempatan kepada para wartawan dan pejabat yang berkerja (bersinggungan) dengan bidang jurnalistik dan publisitas, seperti pegawai Departemen Penerangan, Press Officer, Public relation (humas) di instansi pemerintahan maupun swasta.