Alif membuka body protectornya. Harum mendekatinya dan mengangkat jempol. “Sssh, bidadarimu cemburu..!”
Saatnya, pertunjukkan kedua.
“Bobby!” panggil Evan.
Yang dipanggil berdiri gemetar. Evan tampak tidak ada capek-capek-nya. Terlatih untuk berkelahi. Dia meringkus Bobby nyaris tanpa perlawanan, seperti semut meringkus mangsanya. Bobby seperti ulat yang baru menetas dan bertemu semut rangrang yang lapar.
Kaki dan tangannya menjadi satu terikat oleh kain yang sudah dibawa Evan. Kemudian dia membelai rambut Bobby sambil melirik Selena. “Ampun!” teriak Bobby. “Saya nggak ikut-ikut!”
Malam itu komunitas kupu-kupu hanya diwakili oleh Iffa menyanyi tiga buah lagu tentang kupu-kupu. Walau suaranya pas-pasan, tetapi cara menyanyikannya begitu lucu, hingga penonton terhibur. Sementara seluruh kawan-kawannya pulang, karena ketuanya ngambek. Zahra menyeret Alif dan menyuruh menggendong Lepi yang tertawa melihat perilaku ibunya.
Di pinggir lapangan Harum tertawa terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya dia membela laki-laki selama di pulau. Dia tahu mulai malam ini Zahra tidak akan pernah lagi mengadu suaminya dengan anak asuhnya.
Hal yang sama terjadi pada Selena. Bobby diseret Selena dan disuruh menggendong Bybbo. “Pulang, saya ngantuk!”
Lebah dan tawon mempertunjukkan tari perang yang meningkat keterampilannya. Begitu juga cewek-cewek semut yang dikomandoi oleh Evan Sektian. Tim Rayap menyanyi dengan alat musik alam tak kalah bergemuruh.
Sementara di pantai Zahra memandang bulan sementara Alif dengan gelisah berada di sampingnya. Zahra tidak berkata apa pun untuk pertama kalinya ketika bersama.
“Adinda…”