Wajah Evan kemudian berubah. Senyumnya terulas. "Oh, begitu?" Alif mendengar samar-samar.
Alif hanya ingat jurus bangau putih dia pelajari waktu di kampus yang langsung ia kembangkan, ketika wasit Andro meniupkan peluitnya. Ia lebih siap dari ketika ia tiba-tiba diadu oleh Harum di pantai. Battle of sexes.Tetapi bagi sebagian warga koloni tidak ada bedanya laki-laki dan perempuan.
Jadi tidak ada alasan untuk tidak sungguh-sunguh walau pada perempuan. Evan dengan mudah menghindarkan serangan telapak tangan Alif yang kemudian sapuan kaki. Tetapi gerakan berikutnya putaran tubuh dengan dua sayap berhasil menangkap Evan yang baru hendak melancarkan pukulan dan memutarnya 360 derajat dan kepala Evan jatuh di pangkuan Alif terkunci.
Tetapi kaki Evan yang panjang terangkat mengunci leher dan pundak Alif lalu menggulingkannya ke depan. Kaki Alif juga menangkap tubuh Evan dan mereka saling mengunci seperti bola dan bergelindingan.
Zahra mulai tidak tertawa. Penonton juga mulai diam. Lalu keduanya terlepas dan saling memasang kuda-kuda. Evan sama sekali tidak gentar. Dia tenang, tetapi dia tidak anggap enteng lagi Alif. Tangan dan kakinya bergerak serempak Alif kewalahan tetapi bisa menangkis dan menghindar. Satu telapak tangannya menyentuh Evan, tetapi kaki Evan juga mengenai tubuhnya.
“3-2 untuk Evan!” kata Andro. Lebih dari tiga menit tidak ada yang jatuh, sesuai aturan.Evan menyerang makin cepat dan kaki tangan meringkus Alif persis seperti di pantai. Tetapi dengan cepat Alif melepas diri dan melepas pukulan mengenai Evan.
“3-3.” Andro tampak senang.
Eva sempat terjatuh, tetapi bangkit lagi. Penonton makin bergemuruh. Tapi kali ini gerakan makin cepat, andalanya tangan kaki bergerak serentak. Evan mengunci Alif di dadanya dengan kakinya, lalu melipatnya.
Wajah Evan begitu dekat dengan wajahnya. Lalu perempuan tomboi itu menjulurkan lidahnya dan kemudian membentuk bibirnya hendak menciumnya. Tetapi dia tidak melakukannya dan malah membantu Alif berdiri.4-3.
Evan kemudian menyalaminya. “Saya kalah, tidak tiga menit, tetapi tujuh menit,” katanya Sportif.
Zahra di pinggir lapangan tertengun. Wajahnya tidak lagi tertawa. Bahkan merengut. Pertama kali dia merasakan yang terjadi tidak lucu. Yang ia bayangkan suaminya dibanting sebelum tiga menit. Kemudian Alif takut bergaul dengan cewek di luar komunitas kupu-kupu.