Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (23-24)

7 Mei 2017   09:17 Diperbarui: 7 Mei 2017   09:31 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang beresiko sebetulnya. Alif enggan membawa anak magang ikut. Tetapi Harum menunjukkan antusiasnya terhadap masalah human trafficking. Mungkin karena dia berjiwa feminist?

“Elin Halidah. Belum 17 tahun, warga Kampung Harapan di Garut, ditemukan polisi di Hotel Bandung Permai bersama seorang politisi Senayan. Diduga sebagai penyuapan oleh seorang pengusaha untuk meloloskan suatu UU. Masalahnya anak itu tidak sukarela tetapi dijebak dan itu yang kita cari tahu. Soal korupsi itu urusannya anak politik di Jakarta dan Biro Jawa Barat. Saya ingin membongkar jaringannya...”

“Yang nggakmungkin ada kalau tidak ada konsumen laki-lakinya, ya Alif. He…maaf! Harus manggilnya Kang Alif...” Harum Mawar menerima foto itu. Kata-katanya keluar dengan dingin. Tetapi dia tersenyum manis dan dia tampak cantik dengan kecamatanya.  Dia tomboy tetapi masih banyak sisi femininnya.

“Ya, sudah feminis cantik… Kamu ikut saya ke kantor polisi…” Alif sudah terbiasa menghadapi Yola di kampusnya, hingga dia tidak kaget lagi.

“Feminis cantik?” Harum Mawar menanggapinya dengan senyuman kecil, tetapi dingin. “Apa yang kamu tahu soal kepentingan perempuan Alif, selain pidato sewaktu menjadi kandidat senat?”

Dia kemudian mengambil segelas air minum dari dispenser dekat meja dan memberikan kepada Alif.

“Kang Alif haus kan? Menurut kamu sekali pun sudah ada emansipasi, perempuan tetap harus melayani laki-laki, “

Alif menerimanya dan meneguknya. Dia tahu arah pembicaraan Harum. “Kamu pintar sekali menyindir...”

Nugraha mengurut dada ketika melepas keduanya beranjak pergi. Dia baru pertama kali menemui anak magang seberani Harum.  Biasanya iya, Kang, Iya Teteh sama tandemnya. Alif dan Harum berangkat ke Polres Kota Bandung.

                                                                                   ***

Komisaris Polisi Brata Kartajaya langsung mempersilahkan Alif yang sudah dikenalnya sejak ditugaskan dari Jakarta menemui Elin Halidah yang ditemani oleh seorang aktivis gerakan perempuan.  Anak itu ketakutan sekali dan tak hentinya menangis. Alif agak bingung masuknya dari mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun