Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saran Saya, Ridwan Kamil Sebaiknya (Memilih untuk) Melanjutkan Karya di Bandung

7 April 2017   17:11 Diperbarui: 9 April 2017   18:30 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwa Kamil (Kredit Foto: Infobandung)

Pertumbuhan UKM di Bandung 7,8%,  lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia itu 4,7%. Bandung punya keuntungan UKM sifatnya eksperimental dan nyeleneh.  Mungkin Kang Emil masih perlu melakukan pemberian intensif bagi pelaku industri wisata seperti kafe bisa dilakukan  karena musik juga akan hidup. 

Saya tidak yakin sampai saat ini ada calon wali kota lain yang bisa mengatasi masalah ini.  

Sektor Informal

Tantangan yang berat  dan menentukan masa depan Kota Bandung adalah penyelesaian masalah Pedagang Kaki Lima atau sektor informal (UKM yang lebih kecil). Pada satu sisi keberadaan pedagang kaki lima bertabarkan dengan estetika kota dan menimbulkan masalah lain seperti terganggunya eksistensi  pedestrian.  Di sisi lain  keberadaan sektor informal adalah katalisator dari pengangguran. Penyelesaiannya ialah dengan relokasi ke tempat yang dianggap pemerintah kota sebagai lokasi yang tepat.

Sayangnya dalam sejumlah kasus beberapa relokasi pedagang kaki lima yang dilakukan Pemkot kerap tidak disertai solusi bagaimana para pedagang kaki lima bisa mendapatkan pembeli yang sebanyak berjualan di tempat lama.  Kasus yang terjadi pada PKL Kosambi adalah salah satu contohnya. Pemindahan  PKL dari yang tadi berjualan di trotoar ke Lantai Bawah Masjid Attaubah ternyata tidak membawa hasil yang memadai.  Padahal ada pedagang dengan berjualan di kaki lima bisa membuat empat anaknya  bisa mengakses pendidikan menengah hingga perguruan tinggi (Pikiran Rakyat, 25 Februari 2017).

Begitu juga dalam kasus PKL di Jalan Purnawarman problem yang serupa.  Kerap jumlah PKL terlalu banyak dengan daya tampung di tempat relokasi.

Penyelenggaraan event yang mendatangkan pengunjung  mungkin salah satu solusi. Tempatnya cukup memungkinkan untuk penyelenggaraan pameran, live music hingga seminar. Promosi adanya event itu harus kuat dan rutin.    

Saya sendiri pernah  melihat pedagang kaki lima yang direlokasikan ke basement alun-alun.  Memang mereka dapat pembeli karena pengunjung alun-alun akan ada yang turun ke bawah. Tetapi  tempat itu tidak punya daya tarik lain.  Perlu ada terobosan, seperti misalnya live music dengan  memanfaatkan musisi  indie.  Terobosan lain ialah menjadikan penjualan buku murah dengan merelokasi penjual buku di Jalan Dewi Sartika. Tentu perlu promosi  dan penataan yang detail.   

Terobosan yang membawa hasil sejauh itu ialah Teras Cihampelas, wisata dapat, solusi pedagang kaki lima juga dapat dan semua sinergi. Seharusnya pedagang kaki lima bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan menengah ke bawah atau para backpacker yang berkunjung ke Bandung.  Persoalannya hanya sektor kuliner hingga saat ini yang paling memungkinkan untuk menjadi bagian dari industri pariwisata.      

Kebijakan Pemkot untuk membebaskan warga miskin dari kewajiban membayar pajak bumi dan banunan  dengan menggunakan skema subsidi silang dari wajib kalangan menengah ke atas terobosan lain. Sekitar 1300 dari 63 ribu warga miskin PBB dibebaskan.  Kebijakan yang dilontarkan pada Maret 2017 ini membutuhkan verifikasi yang akurat (Pikiran Rakyat, 15 Maret 2017).

Bidang transportasi Kang Emil selangkah maju dengan memperkenalkan metro kapsul untuk light ral transit, yang menurut klainnya dibangun dua tahap.  Tahap pertama Stasiun Bandung-Alun-alun sepanjang tiga kilometer tampaknya rampung pada 2017 ini.  Dalam sehari 10 ribu penumpang terangkut, kalau terealisasi (Pikiran Rakyat, 6 April 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun