Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saran Saya, Ridwan Kamil Sebaiknya (Memilih untuk) Melanjutkan Karya di Bandung

7 April 2017   17:11 Diperbarui: 9 April 2017   18:30 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Booming Sarjana

Persoalan lain yang haru diselesaikan Ridwan Kamil jika terpilih menjadi Wali Kota pada periode kedua ini ialah  persoalan sosial ekonomi.  Sebagai kota Pendidikan Bandung punya keuntungan yaitu banyaknya perguruan tinggi, baik di kota maupun di suburban seperti Jatinangor.  Jumlah lulusan perguruan tinggi  yang menjadi warga Kota Bandung menjadi melimpah. Dari sekitar 2,7 juta Bandung (cari data BPS) populsi orang terdidik sudah di atas 10 persen dari populasi.   

Di satu sisi industri kreatif, menjamurnya band indie adalah buah dari limpahan lulusan atau mereka yang pernah kuliah di perguruan tinggi.  Sebagian besar UMKM yang saya data  lulus atau pernah mengenyam pendidikan tinggi . Sekalipun  jumlah mereka yang terlibat di  UMKM  kontribusinya kurang dari 2 persen  dari populasi  kota, tetapi mereka ikut menyelamatkan  kota dari bahaya penangguran. Begitu juga dengan musisi Bandung  berlatar belakang universitas. 

Begitu juga dengan mereka yang terlibat di industri musik. Update dari tulisan saya sebelumnya sudah berhasil mendata lebih dari 200 kelompok musik dan band baik yang label maupun yang idie berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya antara 1990-an hingga saat ini.   Personel 2-7 orang (ada yang lebih) dan itu belum terhitung penyanyi solo.  Latar belakang pendidikan yang baik membuat mereka bisa mencari jalan ke luar untuk bertahan. 

Jika dihitung dengan manajer dan berbagai usaha yang hidup jika  Bandung menjadi kota musik, maka  jumlah tenaga kerja yang tertampung mencapai ribuan orang, karena dihitung dengan komunitasnya, mereka yang terkait dengan musik di Bandung  menurut taksiran saya mencapai puluhan ribu dan bukan tidak mungkin mencapi satu persen dari populasi.   

Hal ini sudah terbangun   sejak 1950-an dimulai dengan berdirinya IKIP Bandung kini menjadi UPI, Universitas Padjadjaran, Universitas Parahyangan, Universitas Pasundan, Universitas Islam Bandung, cikal bakal STT Telkom dan Sekolah Tinggi Pariwisata  sekarang  dan beberapa universitas kecil hanya dalam kurun waktu lima  tahun antara 1954 hingga 1959. 

Mungkin saja yang kuliah di sana juga ada yang datang dari luar kota Bandung, tetapi kontribusinya besar menumbuhkan lapisan terdidik baru gelombang kedua di kota Bandung –setelah politik etis 1910-an.  Saya meminjam istilah neo Priyayi yang disebut Van Niel  menjadi “Neo Menak” bagi lapisan baru kedua ini.   Lapisan ini menjadi kuat sejak 1980-an dan 1990-an karena semakin banyaknya unversitas yang berdiri.

Lapisan terdidik inilah  salah satu faktor yang  memenangkan Ridwan Kamil pada 2013.  Kelompok yang potensial menjadi pembangun tetapi juga sekaligus paling potensial menjadi perusak.  Kerusuhan Mei 1963 dimulai dari perguruan tinggi . Namun lapisan terdidik ini yang juga meredam tidak terjadinya kerusuhan Mei 1998 di Kota Bandung.   Lapisan terdidik ini tersegmen oleh berbagai ideologi dari kanan hingga kiri, sama-sama kuat di Kota Bandung.

Sampai saat ini hanya  Ridwan Kamil yang  begitu direspon oleh para lulusan perguruan tinggi dan menariknya hingga saat ini Kang  Emil diterima oleh kalangan “religius” maupun “sekuler”. Keputusan Kang Emil   untuk tidak tergiur memperebutkan DKI Satu adalah keputusan tepat memperkokoh posisinya untuk menyelesaikan tugas di Kota Bandung.  Berbagai kebijakannya dalam setahun terakhir ini soal perayaan Natal di Sabuga, tetapi juga mengakomodasi Islam di sisi lain dilakukan dengan tepat dan proporsional.

Kang Emil harus memecahkan masalah bahwa banyak lulusan sarjana menganggur. Angka penganguran di Kota Bandung tinggi  hingga September 2015, tercatat ada 90.000 warga Kota Bandung yang tidak bekerja alias menganggur. Kebanyakan para penganggur ini adalah lulusan S1.  Jumlah yang berbahaya bila tidak diselesaikan dengan tepat.

Pemberian akses terhadap UMKM merupakan jalan keluar dan tampaknya kebijakan Kang Emil dengan menjadikan Kiara Condong sebagai sentra industri kreatif  sudah tepat arahnya dan perlu seperti itu lagi.  Kang Emil juga mempermudah perizinan, sehingga UKM langsung bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun