Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Click] Commuter 2025

14 Oktober 2016   17:06 Diperbarui: 14 Oktober 2016   17:20 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kereta api Commuter masa mendatang (kredit gambar Ilustrasi Foto Kereta Commuter masa mendatang http://wpmedia.news.nationalpost.com)

“ Hotel backpackeran saja di kawasan Braga, ini Nicole tidak suka hotel berbintang,” kata Monika. “Nggak asyik.”

“ Saya suka tidur di Hostel seperti asrama,” jawan Nicole dengan Bahasa Indonesia patah-patah.”

Sialan. Umpat Reza. Bule itu malah cerita tidak suka dengan ayahnya yang polisi di Amerika Serikat dengan ceplas-ceplos. Duuuh. Reza ingin membungkam mulutnya. Mereka bica keras.

Stasiun Pasarminggu. Naik di gerbong seorang pemuda berkacamata, membawa ransel dan sebuah buku tebal. Buku itu ada tulisan tekniknya. Mungkin mahasiswa ITB? Cocok untuk profil partner. Reza tersenyum. Tidak ada bule atau orang asing yang mengikutinya berarti dia bukan drone, walau tingginya 165 cm. Karena menurut logika pengendalinya orang asing dan dronenya bisa disamarkan. Bukankah partnertnya orang Indonesia juga?

Tetapi dengan cara apa mahasiswa yang katanya jenius itu membuka sosok Teriyaki 12? Itu jadi pertanyaan Reza. Bisa jadi ada gadget dan senjata rahasia di tas ranselnya. Badannya terlalu kurus untuk jadi petugas lapangan, tetapi mungkin membantu melumpuhkan drone lewat alat-alatnya dan sisanya tugas dia. Mahasiswa kemungkinan anak ITB itu memilih berdiri agak dekat pintu sambungan, matanya tak lepas dari gadget sambil sekali-sekali ke arah penumpang, termasuk ke arah Reza. Mungkin ia mencari tahu dirinya dan Nicole.

Anak-anak berceloteh ria. Sejak dari Stasiun Pasarminggu, seorang petugas kereta api berseragam mulai hilir mudik. Di antaranya seorang kondektur menyapa penumpang dengan ramah. Dari papan namanya Reza melihat nama Rozali. Kepada rombongan Nicole dia menjanjikan bahwa di Bogor penumpang akan mendapat makanan pagi dan kereta api beristirahat tiga puluh menit.

“Di sini akan ada kantong plastik besar tempat makanan kotak dibuang dan setelah itu tidak boleh makan lagi,” katanya. Mungkin Nicole adalah turis asing dan orang Indonesia kerap berlebihan terhadap bule. Kondektur itu pria berkulit sawo matang dan ramah, menyapa penumpang. Tingginya 165 cm Mungkinkah dia drone yang menyamar dan mencari tahu posisi Nicole? Di belakangnya ada cleaning service perempuan dengan tinggi sekitar 165 cm. Tetapi Reza meragukannya. Keduanya tidak diikuti orang asing, tetapi bisa jadi di gerbong sebelah.

Namun ia menampik lagi, menurut insting Reza, harusnya si pengendali melihat dahulu lingkungan si sasaran baru menjalankan drone melakukan aksinya seperti yang sudah-sudah.

Kereta tiba di Depok sekitar pukul tujuh. Di gerbong itu muncul dua orang cewek usia 19 tahun atau 20 tahun dengan cewek lain membawa gitar dan bas, diikuti dua cowok yang lebih tua berapa tahun. Cewek pertama tingginya 165 cm tubuhnya padat dengan celana pendek. Cewek kedua lebih pendek sekitar 158 cm memakai hijab dan celana bahan.

Rombongan itu melihat Irvan dan teman perempuannya.

“Kang Irvan, Ka Bandung lagi, mau nonton pertunjukkan kami di Sabuga?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun