Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Click] Commuter 2025

14 Oktober 2016   17:06 Diperbarui: 14 Oktober 2016   17:20 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kereta api Commuter masa mendatang (kredit gambar Ilustrasi Foto Kereta Commuter masa mendatang http://wpmedia.news.nationalpost.com)

“Anjrit dari mana aja luh Reza! Nggak kasih kabar!”

“Ntar dulu Gania,” Reza khawatir samarannya terbongkar.

“ Kalau mau putus bilang baik-baik dan nggak ngilang! Emang kerja luh apa sekarang dari SMA ngilang, luh tentara?”

Mampus. Reza menyesal harus meninggalkan Gania pacarnya di SMA karena dia masuk polisi. Dia tidak tahu bahwa pacarnya di SMA di wilayah Malang, sudah pindah ke Bogor. Tugasnya membuat dia tidak bisa ikut di media sosial dengan nama asli dan sedapat mungkin tidak banyak kenal dia.

Kereta api berangkat. Sekitar setengah jam Gania sempat diam. Semua kursi sudah terisi. Karena Gania berdiri, Reza memberikan tempat duduknya agar dia diam. Sayangnya para penumpang melihat ke arah mereka. Begitu juga rombongan Nicole, Irvan dan keluarga muda. “Ngapain luh ke Bandung? Dapat mojang yang geulis itu!” Kekasihnya di SMA itu meledak lagi. Dia pencemburu. Suaranya begitu keras. Nicole dan rombongannya mentertawakannya.

Kondektur Rojali kembali lagi tampaknya untuk melihat apa yang terjadi. Sebentar lagi stasiun Sukabumi. Reza tidak bisa konsentrasi. Dia melihat pria Timur Tengah itu masih diam dengan tabletnya. Begitu juga dengan mahasiswa ITB itu. Dia berharap drone dan pengendalinya itu tidak menemukan Nicole dan berada di gerbong lain. Tiba-tiba Gania berdiri dan mendorong Reza dengan kasar. Rojali memegang Reza seolah ingin memisahkan. Tiba-tiba Reza merasa pegangan laki-laki seperti baja. “Kampret, dia drone!” makinya dalam hati.

“Nicole Get Out!” teriaknya. Persis ketika kereta api tiba di stasiun Sukabumi. Tetapi drone itu mengejarnya dan menendang Reza hingga terlempar ke arah Gania terhuyung dan menubruk seorang bapak hingga mereka terjatuh di lantai. Penumpang berteriak ketika Rojali mengeluarkan semacam benda seperti tongkat kecil, namun ujungnya berpijar. Itu bukan Rojali tetapi Teriyaki 12.

Reza berharap mahasiswa ITB berkacamata itu menolongnya dan mengeluarkan senjatanya. Tetapi mahasiswa itu tidak di tempatnya. Mungkin pindah gerbong karena terganggu pertengkaran Rojali dan Gania. Pertolongan datang dari mahasiswa arsitek menangkis sabetan lidi berpijar itu dengan tabungnya hingga terbelah dengan mudah. Ia sendiri terluka di tangannya. Monika menyeret Nicole keluar gerbong. Begitu juga kawan-kawannya. Para penumpang berhamburan keluar. Gania pucat. Reza melompat dari gerbong. Ia melihat pria Timur Tengah yang disangka teroris itu di antara yang lari terbirit-birit.

Di pelataran stasiun dia melihat seorang tentara dan dua polisi stasiun terkapar berlumur darah terkena sabetan lidi berpijar. Sosok Rojali tampak logam setelah tubuhnya dihujani tembakan oleh tentara dan polisi di stasiun. Juga oleh tembakan Reza yang berpijar. Tetapi dia utuh. Drone itu menyentuh Nicole.

“Percuma Mas, dia hanya bisa hancur dengan ini..” suara Khairina mengeluarkan sesuatu yang disembunyikan dari gitar listriknya, semacam pedang tetapi yang keluar pijaran listrik yang mengenai tubuh drone itu, tepat ketika drone itu hendak menyabetkan lidinya. Samurai Teriyaki 12 terhenti dan berpaling pada Khairani. Pedang pijar dan listrik berbenturan. Gadis berubuh mungil itu mahir memainkannya. Busana muslimahnya tidak menghalangi gerakannya. Malah ia bisa membuat korsleting dan membuat drone ini berlubang di lehernya setelah berkelahi beberapa menit.

Para penumpang di stasiun berteriak dan polisi terus menembak. Ketika Khairani terpental karena tubrukan pedang begitu kuat, Reza menembakan pistolnya di lubang leher yang dibuat Khairani. Hasilnya fatal. Drone itu terkapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun