Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasca Sanering 25 Agustus 1959 di Kota Bandung: Musim Belanja Orang Kota di Kampung

22 Juni 2016   12:19 Diperbarui: 22 Juni 2016   12:23 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rp1000 pada 1959 atau uang gajah (kredit foto www.uang-kuno.com)

Perhatian Warga Bandung Terpecah: Persib dan Garam

Agustus 1959 perhatian rakyat Bandung juga terpecah belah pada politik, tetapi juga pada event olahraga seperti Tour de Java ke II di mana para pembalap Bandung, Munaip Saleh menunjukan keperkasaannya dan Persib Bandung  menunjukkan performa yang baik dalam kompetisi PSSI yang diadakan di Stadion Siliwangi.  Memang warga Bandung juga mengeluh soal kenaikan harga dan kelangkaan sejumlah komoditi namun tampaknya tidak ada dugaan bahwa tindakan pemerintah begitu drastis.

Setelah menghadapi kelangkaan gula pada Juli 1959, giliran garam yang menghilang pada pertengahan Agustus 1959. Warga Bandung dan Jakarta kesulitan mendapatkan garam. Mentri  Pembangunan Chaerul  Saleh  mengadakan pertemuan dengan Menteri Produksi Suprayogi pada Rabu 19 Agustus 1959 di Pejambon, Jakarta membicarajab persoalan garam yang melambung dalam beberapa hari. Padahal industri  garam rakyat di Kalianget, Madura dalam keadaan baik dan produksi cukup untuk kebutuhan dalam negeri.  Lagi-lagi kesulitan pengangkutan dijadikan alasan.

Harga  garam di Bandung yang tadinya Rp0,40 per bata atauRp0,60 per kg untuk garam bubuk naik menjadi Rp2,50 per bata atau dalam bentuk bubuk Rp2,80 hingga Rp3/kg.  Ikatan Warung  Bandung yang biasanya mendapatkan alokasi 1800 kg  per bulan hanya mendapatkan alokasi 250 kg untuk tiga bulan.

Kepala Staf Harian PKP KMKB Bandung Mayor Poernomo memberi isyarat penguasa perang akan ikut campur lagi seperti pada komoditi lain. Mereka akan melakukan penelitian lebih dahulu. Rumor yang beredar pengacauan harga barang  berhubungan dengan keputusan Menteri Perdagangan Rachmat Muljosuseno tentang likuiditas pedagang asing di tingkat kewedanaan dan kecamatan. Harga garam tetap mencapai Rp3 per bata pada pasca sanering.

Krisis yang terjadi pada pasca sanering menimpa pabrik sigaret NV Serayu, Bandung ketika beratus-ratus batang sigaret tidak bisa keluar karena kelangkaan kertas cukai. NV Serayu di Bandung memproduksi 25 juta batang sigaret per bulan dan menyumbang cukap sebesar Rp1 hingga Rp1,5 juta per bulan. Kelangkaan kertas cukai ini bisa menyebabkan negara terancam kehilangan cukai.

Sebuah iklan menarik dari Pikiran Rakjat, edisi 29 Agustus 1959.

Djangan susah! Uang hilang dapat ditjari gantinja. Jang perlu tempat hiburan jang masih murah. Untuk itu tempat terbaik Karang Setra.  Acara dansa di Grand Hotel Lembang juga masih jalan.  Sebagian warga tidak mau kehilangan gaya hidupnya. Sekalipun tidak lagi seperti 1950-an.

Sanering mungkin menyelesaikan suatu masalah tetapi masalah ekonomi lainnya menunggu.

 

 Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun