4. Pemerintah RI berdaulat di Kota Balikpapan dan daerah minyak. Di Balikpapan dan samoja, BPM mempunyai penjaga dan polisi tidak diperbolehkan. Di Dahran, walaupun ada polisi, kantor pos dan lapangan terbang, tetapi Aramco mempunyai sendiri polisi,lapangan terbang dan pemancar radio hingga menimbulkan kesan negara dalam negara di kawasan konsesi minyaknya.
5. Upah buruh paling rendah sehari Rp6 sehari dan ada yang mendapatkan Rp10. Rumah, air dan penerangan diberikan gratis. Para pekerja mendapatkan kesempatan membeli bahan pokok untuk kehidupans ehari-hari . Setiap bulan BPM mengeluarkan Rp4 juta per bulan untuk pembayran 10 ribu pegawai termasuk 450 orang asing. Harga-harga di toko Balikpapan lebih murah dibanding dengan harga di luar Balikpapan. Harga beras sekilonya Rp 1,85 sen per kilo sementara di luar 250 sen.
6. Di Dahran kaum buruh kulit berwarna dilarang mempunyai isteri dan berkeluarga alasan kekuarangan perumahan. Tiap kamar ditempati dua buruh. Tetapi orang kulit putih boleh bawa isteri dan keluarganya. Sementara kaum buruh BPM boleh hidup bersama keluarga. Arab Saudi melarang serikat pekerja, tetapi di Balikpapan kaum buruh punya serikat buruh bernama Serekat Kaum Buruh Minyak (SKBM).
7. Dibandingkan dengan upah buruh BPM, nafkah pegawai negeri di Balikpapan tidak sbeberapa. Sehingga bila peagwai negeri Balikpapan berbelanja di toko harus bernegosiasi dengan pemilik toko. Untungnya pemilik toko mengeri hingga pegawai bisa berbelanja dengan harga murah.
8. BPM membangun kilang minyak di Balikpapan selama 40 tahun, Aramco hanya 20 tahun. BPM menanamkan uang Rp770 juta dan menghasilkan 2300 ton minyak. Aramco dalam 20 tahun menanamkan uang ratusan juta dollar dan mengeluarkan 110 ribu ton minyak sehari. Dalam tempo 20 tahun daerah di padang pasir itu menjadi kota indah, kaya air dan punya pohon serta tanaman bunga sepanjang jalan. Sedangkan Balikpapan kekurangan air dan tidak punya taman bunga.
9. BPM mampu menyediakan bioskop, rumah sakit, rumah ibadah dan tempat olahraga, skeolah pertukangan buat mendidik anak-anak buruh. Tetapi usaha mendidik tenaga Indonesiakepada kerja ahli harus mendapat perhatian masamendatang. Aramco lebih progresif karena dalam 20 tahun warga Saudi dan orang-orang Badui yang buta huruf sudah pandai bergaul dan punya keahlian seperti menggunakan mesin dan perkakas.
10. BPM menyumbang Rp15 juta per tahun untuk kas negara untuk pejak keuntungan dan Rp30 juta dari pajak pendapatan.
Pada tulisan kedua “BPM: Produksi, Bunga dan Rentjana” Afa mengungkapkan bahwa penghasilan BPM di Indonesia pada 1939 sebesar 4.380.000 kg/ton dan 1950 3.647.000 kg/ton. Infrastruktur BPM di Balikpapan dua kali di bumihanguskan. Pertama oleh pihak Belanda sendiri sebelum diduduki Jepang dan yang kedua oleh pihak tentara Jepang.
BPM membangun pabrik lilin yang bisa menghasilkan 3500 ton. Sebanyak 17 persen dari semua produksi lilin Balikpapan dibawa ke Jawa untuk dipergunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari termasuk industri batik. Sebagian dari produksi lilin diekspor ke Belanda, Belgia, Australia, Singapura, serta Afrika Selatan. Sayangnya sebanyak 100 ton lilin setiap bulan dicuri. Setiap ton lilin masa itu dihargai Rp70. Pernah terjadi sebanyak 90 ton lilin dibawa ke luar daerah dalam 1951 dan perbuatan ini digagalkan alat negara.