*1939 1.680.000 kg/ ton
*1945 17.000.000kg /ton
*1950 840.000 kg/ton
Perang Pasifik menyebabkan banyak sumber minyak mengalami kerusakan atau dalam keadaan yang tak terpelihara. Di daerah sumber minyak Louise di dekat Samarinda beratus sumber minyak harus diperbaiki. Para pekerja harus mengeluarkan barang-barang yang diceburkan tentara Jepang. Saluran pipa ke penjaringannya di Balikpapan sepanjang 110 km rusak dan sebagian harus diganti. Saluran pipa ini selesai diperbaiki pada 1946 dan dapat bekerja. Kerusakan berat terhadap sumber minyak juga terjadi Tarakan, bahkan di sini tangka-tangkinya hancur sama sekali. Pada 1947 jembatan minyak di Tarakan bisa diperbaiki namun hanya bisa menyimpan 60 ribu meter kubik atau hanya setengah dari jumlah sebelum perang.
Pada 1947 dimulai pembangunan tangka baru dan hingga 1951 baru 50 yang selesai. Gaya penyimpanannya pada 1951 berjumlah sekitar 400.000 meter kubik. Tetapi tetap tidak sebesar 1.000.000 meter kubik seperti sebelum perang. Sebagian terbesar dari jembatan yang rusak digantikan ponton dan sebagian lagi bisa diperbaiki.
Fasilitas pendidikan dibangun untuk anak-anak pekerja, di antaranya sekolah rendah. Terdapat rumah sakit dengan delapan ruangan dan lebih sari 100 tempat tidur. Terdapat kamar bedah, ruang rongent,laboratorium, apotik dan tempat dokter gigi. Keluarga para pekerja dilaporkan sudha disuntik cacar,kolera dan tipus. Bahkan di sekitar sumbe rminyak louise hampir seluruh penduduk disuntik cacar. Terdapat juga fasilitas olahraga di daerah sumber minyak, untuk tempat berenang, tenis, serta olahraga terbang.
Reportase kedua dilakukan Asa Bafaqih untuk Majalah Merdeka dimuat pada edisi 3 dan 10 September 1951. Pada tulisan pertama berjudul “Balikpapan Dibanding dengan Dahran”, wartawan itu membandingkan kawasan Dahran,sumber minyak di padang pasir Arab Saudi dengan Balikpapan. Dahran dikelola oleh Arabian American Oil Company (Aramco) dengan Balikpapan yang dikelola BPM. Sang wartawan rupanya pernah mengunjungi Dahran setahun sebelumnya.
1. Balikpapan pusat administrasi dan penjaringan minyak dari BPM di Kalimantan. Sementara Dahran pusat kegiatan Aramco.
2. Perumahan yang dibangunkan BPM untuk para pekerjanya sederhana namun mencukupi. Aramco membangunkan rumah yang semuanya menggunakan Air Conditioning dan perkakas modern untuk abad ke 20.
3. Alat-alat yang digunakan BPM untuk mengelola lima puluh telaga sumber minyak (di kawasan Samboja) yang menghasilkan 20 ton minyak sehari masih menggunakan model awal abad ke 20. Sedangkan Aramco menggunakan alat-alat lebih modern. Seluruh Kalimantan BPM seharinya menghasilkan 2300 ton minyak sementara Aramco pada 1951 menghasilkan 10.000 ton per hari.