Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] “Bulan Terbelah di Langit Amerika”: Ketika Kebanggaan Sebagai Muslim Hilang di Negeri yang Terbelah

17 Desember 2015   23:08 Diperbarui: 18 Desember 2015   00:40 8765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Adegan dalam Bulan terbelah di Langit Amerika"][/caption]“Aku cinta Islam. Tetapi aku kehilangan kebanggaan terhadap Islam!” seru Azima Hussein/JuliaCollins (Rianti Cartwright) sambil melepas wignya dan ternyata masih ada bagian hijab di baliknya melindungi rambut aslinya.  Hanum (Acha Septrias) tersentak  itu cara Azima  survival, selain berganti nama  dari tekanan masyarakat New York  yang sinis  terhadap muslim karena peristiwa 9/11.    Anaknya Sarah Hussein melansir videonya di Youtube:  “Ayah Dituduh Terlibat dalam  Tragedi 9/11. Agama yang diyakininya  dianggap sebagai  penyebab kekacauan dunia” . 

Ceritanya Hanum ditugaskan bosnya membuat reportase  yang provokatif yang membawanya ke kota Big Apple itu: “Apakah  Dunia Lebih Baik Tanpa Islam?”  Yang lebih menghentak Hanum,ialah pernyataan  Sarah berhenti bersekolah karena teman-temannya mengejak ayahnya teroris.  Padahal ayahnya tewas dalam  peristiwa 9/11.  Hanum  berada di negeri yang masyarakatnya terbelah sejak peristiwa mengerikan memakan korban ribuan orang dan meninggalkan jejak bernama ground zero tempat runtuhnya menara kembar akibat ditabrak sebuah pesawat terbang pada 11 September 2001.   

Pertemuan Hanum dengan  Azima merupakan salah satu adegan yang begitu menusuk.  Adegan ini diperkuat bagaimana seorang laki-laki tua tetangga Azima (Ray Renolds) kehilangan keluarganya dalam tragedi  World Trade Center itu dan laki-laki itu  membalas sakit hatinya dengan memusuhi  Azima dan anaknya.  Dia mengembalikan kue tart yang dibuatkan Azima dan Sarah untuk dia, tetapi Hanum memberikannya lagi: Ini cara Al Qur’an menunjukkan untuk berbuat baik pada tetangganya.  

Saya belum membaca versi novelnya,  tetapi  film  yang diangkat dari novel berjudul sama jauh lebih berat dibanding film  99 Cahaya di Langit Eropa.  Kalau dalam film sebelumnya yang dibuat dua bagian sebetulnya hanya penemuan jati diri sang tokoh utama  sebagai muslim, menemukan kebanggan terhadap Islam  di Eropa  sambil mengajak  penonton tamasya ke berapa tempat yang menunjukkan jejak peradaban Islam sebangun dengan Da Vinci Code,  tetapi kalau Bulan Terbelah di Langit Amerika menurut pandangan saya tokoh-tokohnya Hanum, suaminya Rangga, serta Azima   mempertahankan kebanggaan terhadap Islam.

Peliputan Hanum ke New York, ditemani Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya.  Rupanya Sang suami mendapat tugas  Profesornya untuk mewawancarai seorang milyuner dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown, demi melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal eksentrik, misterius, dan tidak mudah berbicara dengan media. Rangga dan Hanum  menemui Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang berada di New York.   Stefan banyak membantu Rangga dan Jasmine membantu Hanum untuk bisa menembus narasumber kunci Sarah Collins dan ibunya.

[caption caption="Poster Bulan terbelah di Langit Amerika"]

[/caption] 

Sebangun dengan My Name is Khan

Film ini mengingatkan saya pada  My Name Is Khan  dengan bintangnya Shah Rukh Khan, dengan semangat yang sama “Saya muslim, tetapi bukan teroris”.   Hanya saja kalau  dalam My Name is Khan, tokoh utamanya yang autis mempertahankan kebanggan terhadap Islam  dengan sikap dirinya,  sementara dalam Bulan Terbelah di Langit Amerika  lewat reportase yang dilakukan Hanum dan juga penelitian yang dilakukan oleh suaminya Rangga.    

Adegan  lain ketika wajah Sarah Husein/ Sarah Collins (Hailey Franco)  bersama ibunya Azima  Hussein/Julia Collins tertengun melihat begitu beraninya Hanum Rais (Acha Septriasa) mendebat pimpinan demo anti pendirian masjid di dekat lokasi Ground Zero, New York, Michael Jones (Yaron Urbas).  “Muslim menjadi pembunuh dan membuat kehancuran seluruh dunia!”    teriak Jones.   Tetapi Hanum  dengan lantang kira-kira berkata: Mengapa Patung Muhammad  ada di Gedung Mahkamah AS kalau bukan Islam membawa keadilan?”  Demonstrasi berakhir ricuh dan petualangan Hanum dan Rangga menjadi begitu menegangkan.                                

Bulan Terbelah di Langit Amerika bukan film religi,  tetapi film kemanusiaan.  Sepertiga terakhir film yang disutradarai Rizal  Mantovani ini  begitu menyentuh hati, hingga saya meneteskan air mata.  Adegan-adegan bagian ini menghubungkan apa yang terjadi pada ayah Sarah, isteri dari  Michael Jones dan membuat Phillipus  Brown memberikan jawaban atas pertanyaan Rangga (sekaligus pertanyaan dari atasan isterinya):  “Apakah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam?”  Hubungan antara Stefan dan kekasihnya Jasmine juga diberi sentuhan kemanusiaan yang tak terduga oleh saya.  

Memang ada sejumlah  “kebetulan” dalam film ini justru di bagian penting sepertiga terakhir, walau pun itu masuk akal dan kerap ada  di  banyak film, termasuk juga film-film Hollywood.  Tetapi jadi pertanyaan besar apakah Bulan Terbelah di Langit Amerika itu menggambarkan akibat peristiwa 9/11 dari sudut pandang Hanum  ini kisah nyata,  fiksi  atau  sebagian nyata dan sebagian fiksi? Dialog jalanan penuh kehangatan antara Hanum dan seorang biarawati , antara Rangga, Stefan dengan seorang pedagang hotdog halal memberikan warna.  Tentunya juga sentuhan humor,  terutama interaksi Rangga dan Stefan sebangun dalam film sebelumnya.

Ada berapa adegan menimbulkan tanda tanya. Seperti  Hanum terjatuh dalam peristiwa demonstran berakhir ricuh kok polisi Amerika diam saja?   Lalu buat apa seorang Michael Jones membawa map milik Hanum ke tempat demo? Mengapa tidak diserahkan ke supir taksi?   Sekalipun dia seorang Islamphobia, saya kira Michael Jones terdidik dan warga negara yang baik.   Film  ini banyak didominasi dalam ruangan, alangkah lebih baiknya outdoor tergarap baik  seperti dalam 99 Cahaya di Langit Eropa.     

Dari departemen kasting, Acha Septriasa, Abimana Aryasatya dan Nino Fernades bermain  baik karena karakter sudah mereka perankan dalam  film sebelumnya. Rianti Cartwright  dan Hannah Al Rasyd juga tidak mengecewakan.  Bagaimana dengan bintang-bintang bulenya?  Awalnya saya khawatir direkrut serampangan.  Ternyata  ada yang bermain baik?  Yaron Urbas pernah saya tonton filmnya Ice Aged menghidupkan Michael Jones  menjadi  provokator menakutkan. 

Tentunya juga  bintang cilik Hailey Franco sebagai debutan baru (di situs Imdb tidak ada namanya) mengesankan.  Hans de Krakker sebagai pemilik sebuah bank yang disebut mirip Pierce Brosnan lumayan.   Yang membuat saya terkecoh justru adalah Nur Fazura sebagai sekretaris  Phillipus bernama Janet, saya kira bule ternyata orang Malaysia.  Dia tak tampak Melayu-nya mungkin karena saya nggak  pernah menyaksikan filmnya.  Kepiawaiannya berbhasa Inggris menyelamatkan aktingnya hingga dia tampak sebagai orang Amerika.

Sinematografi tentu Rizal Mantovani alihnya, gambarnya bagus-bagus.  Saya suka ketika Hanum kebingungan  di New York dengan  kamera berputar.  Bagaimana juga Rizal mengakali gedung yang ditabrak pesawat juga  cerdik.  Soundtrack juga lumayan melibatkan penyanyi asing.  Pemakaian dialog dengan Bahasa Inggris  dalam banyak adegan tepat, karena film ini harusnya bisa dipasarkan di luar negeri.   

Secara keseluruhan film  ini adalah salah satu penutup yang manis  untuk film Indonesia 2015,layak ditonton.  Bagi penonton muslim film ini memberikan inspirasi bahwa Islam sebagai “rahmatan alamin”, membawa kedamaian  harus dibuktikan dengan perbuatan oleh muslim itu sendiri dan bukan hanya slogan.            

Judul  Film                           :  Bulan  Terbelah di Langit Amerika

Sutradara                            :  Rizal Mantovani

Bintang                                 :  Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Rianti Cartwright, Hannah  Al Rasyid, Hailley Franco, Ray Renolds, Hans de Krakker, Yaron Ubas,  Nur Fazura

Rated                                    :   ***

 

Irvan Sjafari

*) Sumber Foto:  Bobobibi.com, moviejunkieindonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun