[caption caption="Adegan dalam Bulan terbelah di Langit Amerika"][/caption]“Aku cinta Islam. Tetapi aku kehilangan kebanggaan terhadap Islam!” seru Azima Hussein/JuliaCollins (Rianti Cartwright) sambil melepas wignya dan ternyata masih ada bagian hijab di baliknya melindungi rambut aslinya. Hanum (Acha Septrias) tersentak itu cara Azima survival, selain berganti nama dari tekanan masyarakat New York yang sinis terhadap muslim karena peristiwa 9/11. Anaknya Sarah Hussein melansir videonya di Youtube: “Ayah Dituduh Terlibat dalam Tragedi 9/11. Agama yang diyakininya dianggap sebagai penyebab kekacauan dunia” .
Ceritanya Hanum ditugaskan bosnya membuat reportase yang provokatif yang membawanya ke kota Big Apple itu: “Apakah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam?” Yang lebih menghentak Hanum,ialah pernyataan Sarah berhenti bersekolah karena teman-temannya mengejak ayahnya teroris. Padahal ayahnya tewas dalam peristiwa 9/11. Hanum berada di negeri yang masyarakatnya terbelah sejak peristiwa mengerikan memakan korban ribuan orang dan meninggalkan jejak bernama ground zero tempat runtuhnya menara kembar akibat ditabrak sebuah pesawat terbang pada 11 September 2001.
Pertemuan Hanum dengan Azima merupakan salah satu adegan yang begitu menusuk. Adegan ini diperkuat bagaimana seorang laki-laki tua tetangga Azima (Ray Renolds) kehilangan keluarganya dalam tragedi World Trade Center itu dan laki-laki itu membalas sakit hatinya dengan memusuhi Azima dan anaknya. Dia mengembalikan kue tart yang dibuatkan Azima dan Sarah untuk dia, tetapi Hanum memberikannya lagi: Ini cara Al Qur’an menunjukkan untuk berbuat baik pada tetangganya.
Saya belum membaca versi novelnya, tetapi film yang diangkat dari novel berjudul sama jauh lebih berat dibanding film 99 Cahaya di Langit Eropa. Kalau dalam film sebelumnya yang dibuat dua bagian sebetulnya hanya penemuan jati diri sang tokoh utama sebagai muslim, menemukan kebanggan terhadap Islam di Eropa sambil mengajak penonton tamasya ke berapa tempat yang menunjukkan jejak peradaban Islam sebangun dengan Da Vinci Code, tetapi kalau Bulan Terbelah di Langit Amerika menurut pandangan saya tokoh-tokohnya Hanum, suaminya Rangga, serta Azima mempertahankan kebanggaan terhadap Islam.
Peliputan Hanum ke New York, ditemani Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya. Rupanya Sang suami mendapat tugas Profesornya untuk mewawancarai seorang milyuner dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown, demi melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal eksentrik, misterius, dan tidak mudah berbicara dengan media. Rangga dan Hanum menemui Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang berada di New York. Stefan banyak membantu Rangga dan Jasmine membantu Hanum untuk bisa menembus narasumber kunci Sarah Collins dan ibunya.
[caption caption="Poster Bulan terbelah di Langit Amerika"]
Sebangun dengan My Name is Khan
Film ini mengingatkan saya pada My Name Is Khan dengan bintangnya Shah Rukh Khan, dengan semangat yang sama “Saya muslim, tetapi bukan teroris”. Hanya saja kalau dalam My Name is Khan, tokoh utamanya yang autis mempertahankan kebanggan terhadap Islam dengan sikap dirinya, sementara dalam Bulan Terbelah di Langit Amerika lewat reportase yang dilakukan Hanum dan juga penelitian yang dilakukan oleh suaminya Rangga.
Adegan lain ketika wajah Sarah Husein/ Sarah Collins (Hailey Franco) bersama ibunya Azima Hussein/Julia Collins tertengun melihat begitu beraninya Hanum Rais (Acha Septriasa) mendebat pimpinan demo anti pendirian masjid di dekat lokasi Ground Zero, New York, Michael Jones (Yaron Urbas). “Muslim menjadi pembunuh dan membuat kehancuran seluruh dunia!” teriak Jones. Tetapi Hanum dengan lantang kira-kira berkata: Mengapa Patung Muhammad ada di Gedung Mahkamah AS kalau bukan Islam membawa keadilan?” Demonstrasi berakhir ricuh dan petualangan Hanum dan Rangga menjadi begitu menegangkan.
Bulan Terbelah di Langit Amerika bukan film religi, tetapi film kemanusiaan. Sepertiga terakhir film yang disutradarai Rizal Mantovani ini begitu menyentuh hati, hingga saya meneteskan air mata. Adegan-adegan bagian ini menghubungkan apa yang terjadi pada ayah Sarah, isteri dari Michael Jones dan membuat Phillipus Brown memberikan jawaban atas pertanyaan Rangga (sekaligus pertanyaan dari atasan isterinya): “Apakah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam?” Hubungan antara Stefan dan kekasihnya Jasmine juga diberi sentuhan kemanusiaan yang tak terduga oleh saya.
Memang ada sejumlah “kebetulan” dalam film ini justru di bagian penting sepertiga terakhir, walau pun itu masuk akal dan kerap ada di banyak film, termasuk juga film-film Hollywood. Tetapi jadi pertanyaan besar apakah Bulan Terbelah di Langit Amerika itu menggambarkan akibat peristiwa 9/11 dari sudut pandang Hanum ini kisah nyata, fiksi atau sebagian nyata dan sebagian fiksi? Dialog jalanan penuh kehangatan antara Hanum dan seorang biarawati , antara Rangga, Stefan dengan seorang pedagang hotdog halal memberikan warna. Tentunya juga sentuhan humor, terutama interaksi Rangga dan Stefan sebangun dalam film sebelumnya.
Ada berapa adegan menimbulkan tanda tanya. Seperti Hanum terjatuh dalam peristiwa demonstran berakhir ricuh kok polisi Amerika diam saja? Lalu buat apa seorang Michael Jones membawa map milik Hanum ke tempat demo? Mengapa tidak diserahkan ke supir taksi? Sekalipun dia seorang Islamphobia, saya kira Michael Jones terdidik dan warga negara yang baik. Film ini banyak didominasi dalam ruangan, alangkah lebih baiknya outdoor tergarap baik seperti dalam 99 Cahaya di Langit Eropa.
Dari departemen kasting, Acha Septriasa, Abimana Aryasatya dan Nino Fernades bermain baik karena karakter sudah mereka perankan dalam film sebelumnya. Rianti Cartwright dan Hannah Al Rasyd juga tidak mengecewakan. Bagaimana dengan bintang-bintang bulenya? Awalnya saya khawatir direkrut serampangan. Ternyata ada yang bermain baik? Yaron Urbas pernah saya tonton filmnya Ice Aged menghidupkan Michael Jones menjadi provokator menakutkan.
Tentunya juga bintang cilik Hailey Franco sebagai debutan baru (di situs Imdb tidak ada namanya) mengesankan. Hans de Krakker sebagai pemilik sebuah bank yang disebut mirip Pierce Brosnan lumayan. Yang membuat saya terkecoh justru adalah Nur Fazura sebagai sekretaris Phillipus bernama Janet, saya kira bule ternyata orang Malaysia. Dia tak tampak Melayu-nya mungkin karena saya nggak pernah menyaksikan filmnya. Kepiawaiannya berbhasa Inggris menyelamatkan aktingnya hingga dia tampak sebagai orang Amerika.
Sinematografi tentu Rizal Mantovani alihnya, gambarnya bagus-bagus. Saya suka ketika Hanum kebingungan di New York dengan kamera berputar. Bagaimana juga Rizal mengakali gedung yang ditabrak pesawat juga cerdik. Soundtrack juga lumayan melibatkan penyanyi asing. Pemakaian dialog dengan Bahasa Inggris dalam banyak adegan tepat, karena film ini harusnya bisa dipasarkan di luar negeri.
Secara keseluruhan film ini adalah salah satu penutup yang manis untuk film Indonesia 2015,layak ditonton. Bagi penonton muslim film ini memberikan inspirasi bahwa Islam sebagai “rahmatan alamin”, membawa kedamaian harus dibuktikan dengan perbuatan oleh muslim itu sendiri dan bukan hanya slogan.
Judul Film : Bulan Terbelah di Langit Amerika
Sutradara : Rizal Mantovani
Bintang : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Rianti Cartwright, Hannah Al Rasyid, Hailley Franco, Ray Renolds, Hans de Krakker, Yaron Ubas, Nur Fazura
Rated : ***
Irvan Sjafari
*) Sumber Foto: Bobobibi.com, moviejunkieindonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H