Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bandung 1958 (8) Sekitar Pekan Olahraga Mahasiswa ke IV dan Kejuaraan Sepeda Tour de Java Pertama

7 November 2015   18:48 Diperbarui: 7 November 2015   18:58 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Munaip  Saleh, Aming Priatna dan Ronny Noma di antara mereka yang bergabung di Super Jet.  Pada 1963  Super Jet merubah namanya menjadi Sangkuriang.   Tambah Bambang para pembalap sepeda ini datang dari kalangan pelajar, sebagian besar golongan menengah, selain kuat juga berintelegensia tinggi.

Mantan Atlet  Balap Sepeda Indonesia Aming Priatna membenarkan bahwa  orang-orang Indonesia yang bergabung dalam Super Jet  bisa dihitung dengan jari.   Pria kelahiran Bandung 1941 ini baru mengenal sepeda ketika duduk di bangku SMP (kemungkinan SMP Pasundan)  di Kawasan Cipaganti.   Aming bergabung dengan Super Jet pada 1957 –setahun sebelumTour de Java Pertama- mulanya denagn sepeda  biasa, bukan sepeda  balap.   Aming tak gentar bertanding dengan sepeda balap milik orang Belanda.     

Kemudian ia merakit sendiri sepeda balap di sebuah bengkeldi Bandung.  “Dengan sepeda itu kami latihan ke luar kota. Yang saya ingat kami ke Padalarang ramai-ramai mengikuti Superban 4848 atau oplet Morris.  Kami  juga bisa bersepeda hingga Cianjur,” tutur Aming1.  Di waktu senggang anak-anak sekolah makan bakso atau sekadar membeli jus alpukat, satu botol susu  di dekat bioskop Radio City  (belakangan menjadi Bioskop Dian pada 1970-an).    

[caption caption="Di sekitar bioskop Radio City terdapat jajanan tempat favorit para pelajar (kredit foto https://pbs.twimg.com/media/Bv_HIzLIcAAO77M.jpg)"]

[/caption]

Pelajar dan Pelanggaran Hukum

Di sisi lain para pelajar juga terlibat dalam aksi ugal-ugalan di jalan raya.   Pada  4 Juli 1958, kepala Polisi Lalu  Lintas Kotapradja Bandung,  Komisaris Polisi Drs. Upa Supardja  mengumumkan selama  Juni 1958 terjadi 130 kali kecelakaan lalu lintas yang menewaskan satu orang dan membuat 4 orang lainnya luka berat dan 30 orang luka ringan, serta sebanyak 29 kendaraan rusak. 

Dari 130 kasus kecelakaan sebanyak 75 kasus atau lebih dari 50% melibatkan  para pelajar yang berusia 16-20 tahun.  Mereka dinilai ceroboh dalam mengemudikan kendaraan.   Sebanyak 207 buah kendaraan ditahan.  Untuk mendaraan bermotor pengemudi umumnya tidak dapat memperlihatkan atau tidak mempunyai keterangan izin mengemudi. 

Kota Bandung masih belum sembuh dari tindakan para cowboy yang melibatkan kalangan muda.  Pihak kepolisian Keresidenan Priangan  mendesak Pengadilan Negeri Bandung untuk membentuk pengadilan kanak-kanak mengingat semakin banyaknya anak-anak di bawah umur  melanggar undang-undang.   Namun Menteri Kehakiman waktu itu   GA Maengkom menyatakan bahwa  pihaknya hanya bisa mengupayakan pembentukan pengadilan.  Saat itu beberapa pejabat dari kementrian kehakiman dikirim ke Australia dan Amerika Serikat untuk memperlajari cara kerja   pengadilan anak-anak.

 

Irvan Sjafari

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun