Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bandung 1958 (8) Sekitar Pekan Olahraga Mahasiswa ke IV dan Kejuaraan Sepeda Tour de Java Pertama

7 November 2015   18:48 Diperbarui: 7 November 2015   18:58 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pelajar mempunyai kebiasaan bersepeda ke sekolah mau pun sekadar hang out.  Para pemilik sepeda jenis tertentu seperti sepeda kumbang wajib punya peneng  tanda membayar pajak. Maklumat yang dikeluarkan pemerintah daerah Swatantra II Kota  Bandung pada 1 Juli 1958 oleh  Wakil Ketuanya  R. Aut Kartadiredja, menyebutkan pajak yang dibayar pemilik sepeda per satu semester Rp3.   

 Menurut cerita Bambang  Kuntadi kebiasaan  bersepeda ini  menular dari warga Belanda yang tinggal di Bandung kepada para pelajar.   Bambang sendiri mengaku waktu itu  menggunakan sepeda sebagai transportasi  dari rumah Jalan Bungsu  ke sekolahnya di  SR  Santo Alesius  di Sultan Agung.   Rata-rata pelajar yang menggunakan sepeda datang dari kalangan orang berada atau setidaknya orangtuanya punya uang.

Tour de Java Pertama 17-30 Agustus 1958

Kebiasaan bersepeda  ini memberikan anugrah yang lain bagi warga Bandung, bahkan untuk Republik Indonesia.  Setiap even balap sepeda mendapat sambutan meriah dari warga Bandung.  Di antaranya yang paling monumental ialah   pada peringatan hari kemerdekaan RI  17 Agustus 1958  ketika Harian Pikiran Rakjat memprakasai  kejuaraan balap sepeda Tour De Java untuk pertama kalinya hingga akhir Agustus 1958, yang kelak menjadi salah satu  kegiatan utama  dari ISSI (Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia). 

Tour De Java terinspirasi dari kejuaraan sepeda Tour de France.  Salah satu penggagasnya menurut cerita Bambang  Kuntadi adalah seorang Jurnalis Prancis yang dekat dengan wartawan Pikiran Rakjat.

Kejuaraa ini berlangsung 11 etape  dari Bandung –Surabaya-Bandung,  melalui jalur utara dan kembali ke Bandung melalui jalur selatan dengan dukungan  dari militer.  Pesertanya sekitar 70 pembalap  menempuh 1262 km. Mereka berusia  antara 15-30  tahun.   Di etape terakhir yaitu Garut-Bandung sekitar 63 km  hanya diikuti 20 peserta.  Para peserta menurut pemberitaan koran waktu itu menunjukkan sikap kekeluargaan.  Harry Van Kempen  di salah satu etape misalnya rela meminjamkan sepedanya kepada peserta lain yang sepedanya rusak.   

[caption caption="Perangko Peringatan Tour De Java 1958 (kredit foto www.yudhe.com)"]

[/caption]

Munaip Saleh waktu itu usia  22 tahun sudah dominan sejak etape pertama Bandung-Cirebon (start dari jalan Asia-Afrika depan kantor  Pikiran Rakjat, sekitar pukul 7.30), ia masuk finish dengan catatan waktu 4 jam, 27 menit, 3,9 detik.  Pada etape kedua Cirebon-Pemalang  sejauh 102 km, ia mencatat waktu 3 jam, 21 menit, 20 detik.  Pesaingnya adalah  Hamsin Rusli  dari Jakarta yang sempat mengalahkannya di etape ke 7 Solo-Purworejo.   Pada waktu itu pemegang kaos merah (bawahannya putih) pertanda dia pemimpin turnamen.

Namun yang menarik bagi saya ialah Kejuaraan ISSI –Tour de Java 1958 ini memunculkan nama seorang pelajar yang waktu itu masih berusia 17 tahun bernama  Aming Priatna.  Kelak sejarah mencatat bahwa Aming Pritana, bersama  Hendrik Brocks,  juga Hamsin Rusli  menjadi andalan Indonesia di Asian  Games ke IV di Jakarta pada 1962. Sementara Munaip Saleh adalah atlet Indonesia yang berlaga di Olimpiade Roma pada 1960.

Tour De Java  sendiri  dimenangkan oleh Munaip  Saleh dengan waktu total 46 jam, 51 menit, 0.4 detik dan dia berhak atas hadiah sebuah sepeda sport buatan luar negeri yang waktu itu  mahal.  Sementara  posisi  kedua ditempati Hamsin  Rusli dari  Jakarta dengan catatan waktu 46 jam, 51 menit, 39,1 detik, serta Theo Pellupesy dari Bandung di tempat ketiga dengan waktu 46 jam, 51 menit 39,3 detik.  Bila ditelaah waktunya hanya terpaut  menit dan detik.   Dua nama lagi dari Bandung  Aming Priatna menempati posisi  keenam dan Ronny Noma di posisi ke delapan.

Medan  Kota Bandung  dan sekitarnya  rupanya menempa mereka yang hobi bersepeda menjadi andal.  Itu sebabnya andalan Indonesia  banyak dilahirkan  dari binaan  Jawa  Barat.  Menurut cerita Bambang Kuntadi  salah satu motornya adalah PB Sangkuriang.  Namanya  perkumpulannya Super jet  berdiri pada 1950 dan awalnya berisi orang-orang Belanda, namun kemudian  diikuti orang Indonesia dan Tionghoa kelak menciptakan komunitas sendiri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun