Mohon tunggu...
Alifia Pradyanti
Alifia Pradyanti Mohon Tunggu... Jurnalis - KompasianaVeteran

Jurnalistik, UPN "Veteran" Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hadapi Masa Lalu, Demi Buah Hati Tersayang

3 Juni 2019   15:15 Diperbarui: 3 Juni 2019   15:19 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: olahan pribadi

Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena dari hasil pemeriksaan pun kak E hanya dinyatakan kelelahan dan perlu beristirahat saja. Kak E pun merasa lega dengan ucapan dokter kepada dirinya. Dalam hal ini kak E tidak memberitahu kak R tentang apa yang ia lakukan untuk cek ke dokter.

Puncak Peristiwa Terjadi

Sekolah kak E mengadakan kegiatan lifeskill. Kegiatan tersebut wajib diikuti oleh siswa yang duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Kegiatan itu sendiri merupakan kegiatan tinggal dipedalaman salah satu desa di Purwakarta dan tinggal bersama warga disana selama 3 hari 2 malam. Meskipun tidak satu kelas, namun kak E dan kak R tetap sering bertemu jika ada kesempatan.

Dalam salah satu kegiatan pun terdapat kegiatan tracking, kak E pun mengikutinya karena merasa aman untuk jalan jauh dan melewati medan yang cukup sulit.

"Waktu itu kalau gak salah ada apa tuh namanya lifeskill ya, aku ikut terus ada tracking aku juga ikut, lumayan sih 3 km hahaha, tapi aku ngerasa aman-aman aja karena kata dokter aku cuma capek doing kan."

Sepulang dari kegiatan tersebut, kak E bersama beberapa temannya melakukan olahraga sepedahan dengan rute dengan yang cukup jauh. Tiba-tiba ia merasa keram pada perutnya dan salah seorang temannya pun mengatakan perut kak E terlihat lebih besar daripada biasanya. Seketika kak E merasa panik dan takut. Akhirnya kedua temannya tersebut membawa kak E pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, kak E meminta ibu nya untuk menemaninya dirinya cek ke rumah sakit. Sebenarnya ia sering meminta sang ibu untuk menemani dirinya ke rumah sakit, namun karena kesibukan ibu nya hal tersebut belum sempat dilakukan sehingga pada hari itu ia dan ibu nya pergi ke salah satu rumah sakit di Jakarta timur.

Setelah memeriksa kak E, sang dokter mencoba menjelaskan keadaan sebenarnya yang dialami oleh kak E. Keadaan yang semula hening berubah, tangis sang ibu pecah di ruangan dokter tersebut. Rasanya tidak percaya akan apa yang dokter tersebut sampaikan, sang ibu meminta dokter untuk mengulangi pernyataan sebelumnya namun hal itu tidak berubah, iya kak E positif mengandung dengan usia kandungan yang sudah 5 bulan.

"Pas dokter kasih tau yang tadinya hening jadi gak karuan, ibu nangis, aku nangis, bener-bener gak percaya tapi emang begitu keadaannya, aku bener-bener gak bisa mikir disana, cuma bingung gimana bilang ke ayah ke R tentang ini semua, belum lagi aku masih sekolah, perjalanan aku masih panjang banget," ungkap kak E dalam pertemuan kami.

Kak E mengungkapkan bahwa sang dokter berusaha membantu menenangkan sang ibu. Bagi dokter tersebut hal ini sering sekali ia tangani jadi dokter tersebut paham untuk menghadapi kekecewaan pasien dan keluarga. Dokter juga meminta kak E untuk menghubungi kak R agar diberitahu kondisi dan keadaan yang sebenarnya dan meminta kak R turut bertanggung jawab, mengingat usia kandungan kak E yang sudah cukup besar.

Puncak Kekecewaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun