Tidak ada alasan yang sah yang membuat AS memiliki hak atas Greenland. Satu-satunya motif yang tampak adalah alasan geopolitik, dengan niat mendominasi dunia internasional.
Greenland memang memiliki daya tarik strategis bagi AS, baik dari segi pertahanan maupun sumber daya alam yang melimpah.
Greenland memiliki 25 dari 34 mineral kategori penting, termasuk grafit dan litium yang digunakan untuk baterai serta teknologi canggih lainnya. Hal inilah yang mungkin membuat Trump begitu ngebet untuk memiliki Greenland.
Sejarah mencatat, ambisi AS terhadap Greenland bukanlah hal baru. Pada 1867, Presiden Andrew Johnson mempertimbangkan untuk membeli Greenland.Â
Kemudian, pada era Presiden Harry S. Truman, AS menawarkan 100 juta dolar AS kepada Denmark untuk membeli wilayah tersebut.
Pada 2019, Trump juga pernah melontarkan gagasan pembelian Greenland. Lalu, pada 7 Januari 2025, Trump kembali mengemukakan niat yang sama.
Sulit membayangkan kebijakan Trump yang terang-terangan berpotensi memicu konfrontasi antarnegara. Bahkan gagasan "pembelian" ini terasa, maaf, merendahkan.Â
Greenland adalah wilayah berdaulat dengan penduduk yang memiliki hak atas tanah air mereka. Mengapa muncul gagasan untuk menguasai Greenland seolah-olah mereka hanya sebuah objek yang bisa diperjualbelikan?
Jika ambisi Trump ini tidak dihentikan, dampaknya bisa sangat mengerikan. Hegemoni AS yang tidak terbatas akan menjadi ancaman bagi banyak negara.Â
Secara tidak langsung, ini memberikan pesan bahwa apapun yang diinginkan AS dapat diraih tanpa batasan. Bukan hanya Greenland yang harus waspada.Â
Panama, misalnya, juga harus siaga. Trump diketahui memiliki gagasan serupa untuk "mengambil alih" Terusan Panama. Jika pola ini terus berlanjut, ancaman bagi kedaulatan negara-negara lain di dunia menjadi semakin nyata.