Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Greenland, Hegemoni AS dan Suara Kecil untuk Perdamaian Dunia

15 Januari 2025   13:46 Diperbarui: 15 Januari 2025   13:47 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografik Peta Greenland (Sumber Gambar: Kompas.id)

Tidak ada alasan yang sah yang membuat AS memiliki hak atas Greenland. Satu-satunya motif yang tampak adalah alasan geopolitik, dengan niat mendominasi dunia internasional.

Greenland memang memiliki daya tarik strategis bagi AS, baik dari segi pertahanan maupun sumber daya alam yang melimpah.

Greenland memiliki 25 dari 34 mineral kategori penting, termasuk grafit dan litium yang digunakan untuk baterai serta teknologi canggih lainnya. Hal inilah yang mungkin membuat Trump begitu ngebet untuk memiliki Greenland.

Sejarah mencatat, ambisi AS terhadap Greenland bukanlah hal baru. Pada 1867, Presiden Andrew Johnson mempertimbangkan untuk membeli Greenland. 

Kemudian, pada era Presiden Harry S. Truman, AS menawarkan 100 juta dolar AS kepada Denmark untuk membeli wilayah tersebut.

Pada 2019, Trump juga pernah melontarkan gagasan pembelian Greenland. Lalu, pada 7 Januari 2025, Trump kembali mengemukakan niat yang sama.

Sulit membayangkan kebijakan Trump yang terang-terangan berpotensi memicu konfrontasi antarnegara. Bahkan gagasan "pembelian" ini terasa, maaf, merendahkan. 

Greenland adalah wilayah berdaulat dengan penduduk yang memiliki hak atas tanah air mereka. Mengapa muncul gagasan untuk menguasai Greenland seolah-olah mereka hanya sebuah objek yang bisa diperjualbelikan?

Jika ambisi Trump ini tidak dihentikan, dampaknya bisa sangat mengerikan. Hegemoni AS yang tidak terbatas akan menjadi ancaman bagi banyak negara. 

Secara tidak langsung, ini memberikan pesan bahwa apapun yang diinginkan AS dapat diraih tanpa batasan. Bukan hanya Greenland yang harus waspada. 

Panama, misalnya, juga harus siaga. Trump diketahui memiliki gagasan serupa untuk "mengambil alih" Terusan Panama. Jika pola ini terus berlanjut, ancaman bagi kedaulatan negara-negara lain di dunia menjadi semakin nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun