Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

HMPV, Jangan Ulangi Kesalahan Covid-19!

6 Januari 2025   15:15 Diperbarui: 7 Januari 2025   04:37 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pencegahan Ancaman Virus HMPV (Sumber Gambar: Kompas)

 Virus HMPV mengancam. Jangan ulangi kelalaian menghadapi Covid-19. Sudahkah kita belajar? 

Setidaknya, dengan menerapkan gaya hidup sehat dan bersih, kita telah memberikan perlindungan dasar bagi diri sendiri dan keluarga dari serangan berbagai mikroorganisme yang merugikan, termasuk Virus HMPV (Human Metapneumovirus) yang saat ini sedang mewabah di China.

Semuanya berawal dari tekad yang kuat untuk menjalani hidup sehat dan bersih. Memang berat untuk tetap konsisten tidur cepat pukul 21.00 atau, paling lambat, pukul 22.00. Rasanya lebih ingin terus-menerus menggulir layar ponsel tanpa kenal lelah.

Berat juga untuk tetap konsisten menjaga kebersihan diri, seperti menggosok gigi, mencuci tangan, mencuci kaki, dan mencuci muka, terutama saat rasa kantuk menyerang hebat ketika kita bersiap melangkah ke tempat tidur yang empuk dan menggoda tanpa syarat.

Atau konsisten bangun pagi sebelum subuh, melaksanakan salat Subuh, lalu berolahraga ringan setiap hari, sungguh bukan hal mudah.

Ditambah lagi, menghindari berbagai jenis makanan yang tampak menarik hati dan menggoda selera, tetapi pada akhirnya hanya meninggalkan ampas belaka.

Sebisa mungkin, saya selalu berusaha menjaga diri dan keluarga untuk konsisten menerapkan gaya hidup sehat dan bersih. Tidak ada rumusan khusus, kunci utamanya hanya satu, konsisten!

Namun, sayangnya, menjaga pola hidup sehat dan bersih untuk diri sendiri dan keluarga saja ternyata tidak cukup untuk menjamin kesehatan kita secara menyeluruh.

Sejarah telah membuktikan bahwa kesadaran diri dan keluarga terhadap pola hidup sehat dan bersih saja belum cukup untuk melindungi kita dari berbagai serangan mikroorganisme yang tidak hanya merugikan tetapi juga mematikan.

Tahun 2020 seharusnya menjadi pengingat besar bagi kita semua bahwa kesadaran kolektif sangat diperlukan untuk melindungi masyarakat dari berbagai ancaman wabah. Terutama saat ini, ketika Virus HMPV (Human Metapneumovirus) di China sedang menjadi perhatian besar.

Jangan Sok Kuat

Masih ingat bagaimana dulu wabah Covid-19 menjadi bahan candaan bagi sebagian warga kita? Ada yang nyletuk, "kapal selam aja dimakan, apalagi cuma Covid."

Ada juga yang berkata, "otot kawat balung wesi, Covid bablas," diiringi berbagai lelucon, meme, parodi, serta hal-hal yang seolah "merendahkan" wabah Covid-19.

Namun, kenyataannya, bangsa kita tetap saja terserang wabah Covid-19. Bahkan, dalam kurun waktu 2020–2022, berbagai aktivitas kehidupan kita seolah terhenti akibat kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah untuk mengendalikan jumlah korban yang terus berjatuhan.

Saya hanya ingin mengingatkan kita semua agar tidak mengulang sejarah kelam bagaimana Covid-19 melanda negeri ini dan menimbulkan banyak korban jiwa.

Menurut data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tercatat sebanyak 157.966 orang meninggal dunia karena Covid-19.

Padahal, di awal-awal pandemi Covid-19, ketika negara lain sudah siaga, kita justru terkesan santai, seolah tak terganggu, bahkan menyombongkan diri bahwa hingga saat itu negara kita belum terjangkiti.

Nyatanya, kesombongan ini menjadi preseden buruk bagi kita semua. Saya bukan ingin menyalahkan siapa pun, tetapi menyesalkan sikap tersebut. Harapannya, hal serupa tidak lagi terulang di masa depan.

Kini, berbagai media telah memberitakan bagaimana wabah Virus HMPV (Human Metapneumovirus) sedang membuat fasilitas dan tenaga medis di China kewalahan akibat serangannya.

Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius kita bersama. Setidaknya, kita harus belajar lebih waspada terhadap ancaman wabah ini. Jangan sampai wabah ini menjadi chapter kedua dari pandemi Covid-19 yang pernah melanda dunia secara global.

Atau jangan-jangan, kita malah merasa bangga sebagai penyintas wabah Covid-19 dan dengan sombongnya justru menanti wabah berikutnya? Teganya!

Pemerintah Sigap

Kesigapan pemerintah sangat diperlukan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus HMPV (Human Metapneumovirus). Sama seperti masyarakat, pemerintah juga perlu belajar dari pengalaman menghadapi wabah Covid-19 sebelumnya.

Jangan sampai lengah dalam menyaring kedatangan turis mancanegara dari negara-negara yang telah terdampak wabah virus tersebut.

Demikian pula dengan warga negara kita yang kembali dari negara-negara yang sedang mengalami wabah Virus HMPV.

Harus ada protokol ketat yang segera disusun oleh pemerintah untuk mengantisipasi masuknya Virus HMPV ke Indonesia.

Anggaplah berbagai berita mengenai penyebaran Virus HMPV ini sebagai alarm nasional yang mengingatkan kita akan potensi bahaya wabah. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?

Kerusakan yang ditimbulkan akibat wabah Covid-19 bukan hanya soal korban jiwa. Wabah tersebut telah merusak berbagai dimensi kehidupan bangsa ini.

Dari perekonomian yang terpuruk, learning loss dalam dunia pendidikan, hingga berbagai dampak lain yang terus menggerogoti kekuatan bangsa.

Bukankah ini saatnya bagi pemerintah untuk segera mengambil sikap? Tidak berlebihan, kok, jika langkah antisipasi dilakukan mulai sekarang.

Jangan Ngeyel!

Saya katakan ini bukan semata soal ketahanan diri pribadi dan keluarga. Ini soal ketangguhan kita bersama. Logikanya, wabah ini adalah persoalan bangsa, bukan sekadar urusan personal.

Covid-19 telah meluluhlantakkan berbagai dimensi kehidupan bangsa ini. Bukan hanya soal daya tahan pribadi dan keluarga, tetapi wabah tersebut menjangkiti kita semua, seluruh Indonesia.

Kedepankan teori-teori yang memiliki landasan berpikir ilmiah. Jangan sampai kita kehilangan arah dalam menghadapi ancaman wabah ini. Jangan pula kita menyombongkan diri hanya karena pernah menjadi penyintas wabah Covid-19.

Yang paling sulit justru bagaimana menciptakan kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga diri dari ancaman wabah ini.

Saya masih ingat mitos-mitos yang merebak saat wabah Covid-19 terjadi. Ada yang bilang ini hanya rekayasa. Ada pula yang menyatakan bahwa dalam kondisi apa pun, hasil tes pasti positif.

Terlepas dari rumor dan mitos yang beredar di masyarakat, kenyataannya korban jiwa tetap berjatuhan. Covid-19 tidak hanya menelan nyawa, tetapi juga merusak berbagai aspek kehidupan kita.

Artinya, jangan sampai sejarah buruk ini terulang untuk kedua kalinya. Pemerintah harus sigap dari sekarang. Masyarakat pun harus sadar diri dan patuh pada imbauan pemerintah.

Jika wabah baru ini menjangkiti kita semua, yang rugi bukan hanya satu atau dua pihak, tetapi kita bersama. Saya ulangi sekali lagi, ini bukan hanya soal saya, Anda, atau keluarga kita masing-masing. Ini tentang kita semua.

Tidak perlu lagi ada perdebatan atau eyel-eyelan soal aturan pemerintah untuk pencegahan wabah Virus HMPV, jika aturan itu memang telah diterapkan.

Tak perlu juga kita berandai-andai dengan teori-teori yang justru merugikan diri dan keluarga kita sendiri. Yuk, cegah wabah ini dengan kesadaran bersama. Jangan ngeyel!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun