Maka, mari berpikir bijak. Daripada menanggung malu setelah pesta usai, lebih baik kita memilih pernikahan yang sederhana namun penuh makna.
Pernikahan bukan tentang seberapa megah pestanya, melainkan bagaimana kita mempersiapkan kehidupan rumah tangga yang stabil dan bahagia di masa depan. Jangan sampai kesenangan sesaat berujung pada penderitaan berkepanjangan.
Bisikan Kerabat
Kadang, ada andil dari kerabat atau sahabat yang "empunya gawe" yang malah memengaruhi keputusan kita. Ucapan seperti,
“Masa mau diem-diem aja, tanpa pesta?”,
“Nanti dikira hamil di luar nikah, loh,”, atau
“Tenang, nanti aku yang bayarin semua”
sering kali menjadi pemicu untuk menggelar pesta yang sebenarnya di luar kemampuan.
Tidak semua omongan orang harus kita turuti. Orang-orang di luar kita tentu tidak tahu kekuatan finansial yang kita miliki.
Mereka bicara dengan mudah tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan kita. Ujung-ujungnya, kitalah yang harus bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil, termasuk jika keputusan itu berujung pada konsekuensi pahit.
Seperti yang terjadi pada salah satu tetangga saya. Awalnya, saudaranya berkata,