Menjadi Guru Penggerak seharusnya tidak dianggap sebagai kasta tertinggi di antara para guru, tetapi sebagai tahapan penting menuju perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan.Â
Sayangnya, saat ini, status guru penggerak seolah menjadi syarat utama untuk peningkatan karir, seperti untuk posisi kepala sekolah dan pengawas. Hal ini membuat guru non-penggerak merasa stagnan dan terpinggirkan.
Padahal, tujuan utama dari program ini bukan untuk membentuk hierarki dalam profesi guru, melainkan untuk memperkuat kualitas pendidikan secara keseluruhan.Â
Di sekolah-sekolah yang mendukung program ini, fasilitas tambahan seperti pemberian laptop diberikan kepada guru penggerak.Â
Ini dapat dipahami, karena menjadi guru penggerak memerlukan komitmen, pengorbanan, dan semangat yang besar. Namun, kita perlu ingat bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya milik segelintir orang.Â
Pendidikan yang berkualitas melibatkan semua pihak, termasuk guru non-penggerak yang juga memiliki peran penting dalam kemajuan sekolah.
Dalam konteks ini, pola pikir kita perlu berubah, terutama dalam rekrutmen kepala sekolah dan pengawas. Menjadikan guru penggerak sebagai prasyarat utama bukanlah satu-satunya cara untuk memilih pemimpin sekolah yang efektif.Â
Kementerian Pendidikan perlu menggagas pola seleksi yang lebih adaptif, yang memastikan bahwa rekrutmen mempertimbangkan kualitas dan kompetensi secara menyeluruh, tanpa memandang guru penggerak sebagai syarat wajib.
Dengan menghargai kontribusi setiap guru, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan dan inovasi di semua level.Â
Mari kita ingat bahwa keberhasilan pendidikan adalah tanggung jawab bersama, yang hanya dapat dicapai melalui kerja sama dan dukungan antara semua elemen dalam ekosistem pendidikan.
Menyelaraskan Langkah