Sementara itu, Kurikulum Merdeka, dengan fokus pada kebebasan dan kemandirian, seolah melupakan pentingnya pondasi pengetahuan yang kokoh.
Harapan ke Depan
Sebagai guru, saya menaruh harapan besar akan perubahan dari Kurikulum Merdeka ini. Namun, banyak hal yang belum sesuai dengan karakter-karakter anak bangsa kita.
Proses yang harus dilalui oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah saat ini seharusnya lebih bijaksana jika menjadikan fase awal ini sebagai fase mendengarkan berbagai keluhan dari seantero negeri terhadap Kurikulum Merdeka.
Patut dicurigai bersama viralnya anak SMA yang tidak paham jam analog, dan anak SMP yang tidak bisa perkalian, jangan-jangan ini semua karena Kurikulum Merdeka?
Kita perlu menengok lebih dalam dan mempertanyakan relevansi dan implementasi kurikulum ini. Jangan sampai, dengan semangat untuk memperbaiki pendidikan, kita justru terjebak dalam kebingungan yang mengakibatkan dampak negatif bagi generasi penerus.
Harus diakui, Kurikulum Merdeka ini telah menciptakan kebingungan, dan jika kita tidak segera melakukan evaluasi, kita berisiko kehilangan arah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H