Penilaian P5 yang Kurang Relevan
Dalam Kurikulum Merdeka, salah satu komponen baru yang diperkenalkan adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).Â
Pada dasarnya, P5 bertujuan mulia, yakni menilai karakter dan keterampilan siswa dalam aspek spiritualitas, kesehatan fisik, dan mental.Â
Sayangnya, di lapangan, penilaian ini sering kali tidak relevan dan justru menambah beban bagi para guru. Banyak wali kelas kebingungan saat harus mengisi nilai P5 di rapor.Â
Indikator penilaian yang tidak jelas, seperti "mulai berkembang" atau "sangat berkembang", membuat proses penilaian terasa tidak konkrit.Â
Tidak ada tolok ukur yang pasti untuk menentukan apakah seorang siswa "sangat berkembang" atau hanya "mulai berkembang".Â
Akibatnya, banyak guru yang akhirnya menggunakan template nilai yang beredar di grup-grup WhatsApp karena tidak ada pedoman yang mudah dipahami.Â
Ini jelas menimbulkan pertanyaan, apakah penilaian ini benar-benar akurat mencerminkan perkembangan siswa?
Lebih jauh lagi, penilaian P5 seolah menjadi pekerjaan tambahan yang tidak memberikan dampak nyata terhadap pembelajaran siswa.Â
Alih-alih membantu menguatkan karakter, sistem penilaian ini malah menjadi formalitas semata, yang hanya berfungsi sebagai pengisi rapor tanpa memberikan wawasan nyata tentang kemampuan siswa.Â
Dalam praktiknya, penilaian yang ambigu ini menambah beban kerja guru tanpa memberi kontribusi signifikan pada peningkatan kualitas pembelajaran.