Kita harus bersama-sama memperjuangkan pendidikan yang berkualitas dan relevan, agar masa depan bangsa dapat diisi oleh generasi yang siap berkontribusi dan bersaing.
Bingung dengan Sistem Paket
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah pembagian paket mata pelajaran yang semakin rumit dan membingungkan.Â
Dahulu, dengan pembagian IPA dan IPS, siswa dan orang tua memiliki panduan yang jelas. Misalnya, jika seorang anak bercita-cita menjadi dokter, jalur IPA adalah pilihan yang tepat. Namun, dengan sistem paket dalam Kurikulum Merdeka, orientasi itu seolah hilang.
Di sekolah saya, kelas XI kini dibagi dalam paket-paket tertentu. Orang tua juga sering kali kebingungan ketika mencoba mengarahkan anak mereka.Â
Dulu, mereka tinggal mengarahkan anaknya masuk IPA atau IPS, sesuai minat dan kemampuan. Kini, paket yang ditawarkan sering kali tidak mencerminkan kebutuhan atau minat siswa, dan justru memaksa mereka masuk ke jalur yang tidak mereka inginkan.
Hal ini tak hanya membuat proses bimbingan akademik dari orang tua menjadi lebih rumit, tetapi juga menambah beban psikologis bagi siswa.Â
Mereka merasa terjebak dalam sistem yang seharusnya memberi kebebasan, namun malah mengaburkan arahan pendidikan yang seharusnya jelas.Â
Tak jarang, pemilihan paket ini didasarkan pada nilai siswa di beberapa mata pelajaran, tanpa mempertimbangkan minat atau potensi mereka.Â
Akibatnya, siswa yang mungkin berbakat di satu bidang tetapi mendapatkan nilai rendah di mata pelajaran terkait bisa tersingkir dari jalur yang seharusnya mereka tempuh.
Kesenjangan antara konsep "merdeka" yang diusung kurikulum ini dengan kenyataan di lapangan sangat nyata. Apa yang dimaksudkan sebagai kebebasan memilih justru sering kali berubah menjadi kebingungan kolektif, baik di kalangan siswa, orang tua, maupun guru.