Di Mana Martabat Kita?
Pertanyaannya adalah, di mana martabat kita sebagai manusia jika pada ibu dan ayah yang telah merawat dan membesarkan kita, kita justru abai saat mereka menjadi lemah dan tak berdaya sama seperti saat kita dalam dekapan mereka sesaat setelah Tuhan mengizinkan kita lahir ke dunia?
Dalam angan, kelak saya ingin menjalani masa tua dengan penuh kebahagiaan. Hidup bersama dengan anak, menantu, dan cucu.Â
Masa tua diharapkan menjadi puncak kebahagiaan, masa beristirahat dari segala penat beragam aktivitas perjuangan hidup.Â
Kehidupan datang silih berganti bak siklus. Kematian dan kelahiran selalu beriringan, dan menua adalah konsekuensi dari proses kehidupan yang pasti dijalani.Â
Semuanya berlaku sebab akibat, aksi potensi, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai.
Demi masa tua yang membahagiakan, selayaknyalah para orang tua harus mempersiapkan masa depan ini sejak dini, bahkan sejak anak-anak masih berada di dalam kandungan.Â
Membisikkan berbagai harapan baik sejak mereka dalam kandungan, membuainya dengan cinta dan kasih sayang pada tumbuh kembang mereka, memberikan pendidikan dan penghidupan yang layak.Â
Ajaran tentang ketuhanan dan agama menjadi titik utama yang harus senantiasa kita tanamkan sejak mereka berada di dalam kandungan.
Merawat orang tua adalah sebuah konsep tentang kemanusiaan, etika, dan moralitas. Mengabaikannya adalah manifestasi dari pengabaian terhadap nilai-nilai kemanusiaan.Â
Nilai-nilai ini diharapkan akan tumbuh bersama dengan tumbuh kembangnya generasi muda bangsa ini. Merawat orang tua adalah bentuk dari kemartabatan.Â
Inilah yang membedakan kita dengan makhluk hidup lainnya: memiliki akal budi dan rasa kemanusiaan.