Saya ingin mencoba mencari keseimbangan pikiran, saya bosan dan sangat terbebani dengan berbagai hiruk pikuk pekerjaan.
"Loh, kok kamu keluar dari grup J?" pertanyaan dengan nada menginterogasi, "Ini siapa, dimana?", pertanyaan-pertanyaan ini muncul kurang lebih satu bulan lalu saat saya keluar dari semua grup yang berkaitan dengan kedinasan.
Saya keluar dari grup besar, juga keluar dari grup divisi-divisi khusus kedinasan. Pokoknya, hari itu saya ingin mengambil jeda sejenak dari berbagai hiruk pikuk yang berkaitan dengan kedinasan.
Keluarnya saya dari berbagai grup kedinasan ini ternyata mengundang tanya dari banyak teman. Banyak yang mengatakan ponsel saya dibajak, ada juga yang mengatakan saya marah, ada juga yang mengatakan saya tidak cocok dengan bos, dan lain-lain.
Padahal, saat itu saya sudah mencoba 'berpamitan' dengan salah satu grup pada divisi khusus. Saya mengatakan, "Izin pamit keluar grup untuk sementara waktu. Tolong masukkan saya kembali ke grup pada Senin depan."
Merasa bersyukur, dengan keluarnya saya dari grup, saya jadi paham, ternyata banyak yang menyayangi dan 'merindukan' saat saya hilang dari grup. Padahal, motif saya keluar dari grup hanya satu, yaitu "Biar Waras".Â
Jika ada pertanyaan, "apakah pekerjaanmu begitu berat?", saya akan menjawab bahwa ini adalah akumulasi dari berbagai tekanan pekerjaan yang membuat saya lupa untuk mengambil istirahat, sekedar menepi untuk kembali mencari keseimbangan.
Pada akhirnya, saya benar-benar 'menepi' dengan menjauh dari berbagai kesibukan yang ada di kedinasan.
Kurang lebih 3 hari, Jum'at, Sabtu, dan Minggu, saya benar-benar bebas dari mendengarkan, membaca notifikasi, atau pesan apapun yang berkaitan dengan kedinasan.
Biar Waras
Saya butuh tambah libur untuk menjadi lebih waras.
Awalnya, saya tidak hanya ingin keluar dari grup, bahkan saya berencana untuk menghapus aplikasi WhatsApp dari ponsel saya.