Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merangkai Masa Depan Indonesia dengan Internet

17 Februari 2024   14:06 Diperbarui: 17 Februari 2024   18:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: HERYUNANTO untuk KOMPAS.id

Saya mendambakan adanya akses internet gratis yang disediakan oleh pemerintah untuk setiap wilayah di Indonesia, bahkan sampai ke tingkat terendah pemerintahan, yaitu tingkat Rukun Tetangga. 

Jika memungkinkan, program ini harus dirancang dengan serius, bukan hanya sebagai program standar, melainkan memberikan akses internet gratis yang cepat kepada setiap RT. 

Meskipun terasa seperti sebuah impian atau sekadar isapan jempol, saya meyakini bahwa ini masih dapat diwujudkan. Program internet gratis dan cepat untuk setiap RT dengan sasaran utama pada rumah tangga dapat diimplementasikan secara bertahap sesuai dengan keadaan perekonomian Indonesia.

Saya mencoba melakukan perhitungan dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti saat program makan siang gratis akan diterapkan. 

Dengan asumsi dana yang dikeluarkan sebesar 1 triliun rupiah per hari untuk memberikan makan siang gratis kepada 82,9 juta jiwa, berarti dana yang dikeluarkan oleh pemerintah per jiwa adalah sekitar 12.069,17 rupiah per hari. 

Jika dikalikan dengan 30 hari, totalnya mencapai sekitar 362.075,1 rupiah per bulan. Dari asumsi ini, jika dikonversikan ke dalam paket internet, berarti setiap jiwa atau keluarga di Indonesia dapat menikmati paket internet hingga 30 mbps per bulan, beserta dengan berbagai fitur lainnya.

Dalam opini ini, saya tidak bermaksud untuk membandingkan program-program unggulan dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bersaing dalam pemilu kemarin. 

Namun, saya ingin memberikan pandangan, gagasan, atau usulan mengenai program-program yang mungkin dapat menjadi prioritas bagi seluruh warga atau keluarga di Indonesia. 

Jika kita dapat optimis dengan keberhasilan program makan siang gratis, maka seharusnya kita juga dapat optimis dengan impian bersama ini, yaitu "internet gratis, internet cepat". 

Pengeluaran negara yang diperlukan untuk program ini seharusnya tidak jauh berbeda, mengingat saya menggunakan pendekatan yang serupa dengan program makan siang gratis.

Melalui opini ini, saya juga mengusulkan perlunya pemerintah ke depan untuk melakukan kajian mendalam, apakah program makan siang gratis masih menjadi prioritas ataukah adanya inovasi baru seperti internet gratis. 

Jika ada yang berpendapat bahwa pemerintah sedang meniru program dari salah satu kandidat dalam pemilu sebelumnya, kita dapat menanggapinya dengan sebuah pertanyaan: bukankah semua program tersebut memang ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara? 

Jadi, jika program "internet gratis, internet cepat" dapat memberikan manfaat yang sama, mengapa tidak menerapkannya?

Jendela Dunia 

Adanya akses internet gratis dapat mendekatkan masyarakat pada perkembangan informasi dan teknologi, merangsang mereka untuk menjadi lebih cerdas sesuai dengan perkembangan zaman.

Jika dulu ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia, namun dalam era modern ini, pepatah tersebut lambat laun tergeser oleh arus modernisasi yang semakin deras. 

Saat ini, bukan lagi buku yang menjadi jendela dunia, melainkan internet. Oleh karena itu, lebih tepat jika kita mengganti pepatahnya menjadi "internet adalah jendela dunia". 

Internet memberikan akses kepada berbagai informasi yang dibutuhkan dengan cepat, dengan cakupan penjelasan dan sumber yang semakin luas dan canggih dari hari ke hari. 

Hal ini tidak dapat dicapai oleh buku. Namun, jika kita melihat lebih dalam, buku tetap memiliki keistimewaannya sendiri. Dengan cakupan informasi yang lebih terbatas, buku bisa diibaratkan sebagai jendela dunia, sementara internet menjadi "pintu dunia". 

Seperti pintu, internet memberikan akses yang lebih leluasa terhadap berbagai informasi, yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun, bahkan dari dalam kamar mandi sekalipun. 

Berbeda dengan buku yang memiliki batasan fisik dan seringkali memerlukan waktu untuk mencarinya terlebih dahulu sebelum dapat membacanya.

Saya mencoba membandingkan pengalaman saya saat bertugas di sebuah sekolah di daerah pedesaan dengan saat saya kembali bertugas di kota Metro saat ini. 

Saya merasakan perbedaan yang signifikan dalam hal akses informasi saat pertama kali kembali ke Kota Metro. 

Terjadi learning loss, di mana beberapa rekan kerja terlihat lebih mahir dalam menggunakan komputer pribadi atau laptop dengan berbagai program yang telah diperbarui, yang ternyata saya belum pernah mengetahuinya. 

Awalnya saya merasa sedikit kikuk saat ditugaskan kembali di sekolah tersebut, namun hal ini tidak berlangsung lama. Dalam waktu sekitar 3 bulan, saya mampu beradaptasi dengan cepat terhadap derasnya aliran informasi dan berbagai program yang tersedia di internet. 

Saya pun merasa cukup mampu dalam mengotak-atik berbagai program di bidang IT setelah bertugas kembali di kota ini.

Poin utamanya adalah, dengan adanya internet, setiap individu di dorong untuk mengembangkan berbagai kompetensinya. Internet merupakan gudang dan pintu akses untuk berbagai informasi yang membentuk kecakapan diri seseorang. 

Namun, masalah yang dihadapi saat ini adalah hanya sekitar 79 persen penduduk Indonesia yang memiliki akses internet, yang berarti sekitar 21 persen masih buta internet. 

Dengan asumsi sementara, ada sekitar 57.9237 juta jiwa penduduk Indonesia yang terhambat dalam potensi pengembangan kompetensi diri karena tidak memiliki akses internet. 

Jika dilihat dari perspektif wilayah, masih terdapat sekitar 29 ribu desa yang memiliki kecepatan internet rendah. Keberadaan di lokasi tanpa akses internet 4G dapat menguji kesabaran, bahkan hanya untuk menjalankan mesin pencarian saja seringkali sulit. 

Kondisi ini menyebabkan tingkat literasi digital yang rendah, yang pada akhirnya dapat berdampak pada rendahnya kemampuan dalam mengembangkan kompetensi diri, yang secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.

Membuka Peluang

Setidaknya, kemudahan akses informasi akan merubah cara pandang masyarakat terhadap dunia.

Banyak pandangan yang beredar mengenai internet, di atas disebutkan sebagai jendela dunia, pintu dunia, dan pada paragraf ini saya menyebutnya sebagai "tanah surga". 

Saya teringat akan lirik dari lagu lawas berjudul "Kolam Susu", yang mengatakan bahwa tongkat kayu dan batu bisa menjadi tanaman di tanah Indonesia yang subur. 

Hal ini tidaklah berlebihan, saya bahkan pernah melihat batang singkong yang saya lemparkan tumbuh menjadi tanaman dalam beberapa bulan, hehehe. 

Ini menunjukkan bahwa tanah kita subur dan bisa menjadi media tanam untuk berbagai keperluan. 

Sama halnya dengan internet, internet adalah "tanah surga" yang memberikan kesempatan kepada individu dari berbagai kalangan untuk mengakses informasi, mengembangkan kompetensi, bahkan menghasilkan penghasilan. 

Internet membuka peluang bagi individu untuk tumbuh subur secara ekonomi, baik sebagai konten kreator, pelaku usaha kecil mandiri, atau bahkan sebagai pekerja lepas dalam proyek-proyek perusahaan besar.

Bahkan, profesi sebagai konten kreator dianggap sebagai salah satu profesi yang diidamkan oleh generasi muda saat ini. Akses internet dan kecepatan internet yang memadai diharapkan dapat memberikan dorongan bagi perekonomian negara. 

Baik melalui peluang bisnis online maupun sebagai sarana penyebaran informasi yang dapat menghasilkan cuan.

Demi Masa Depan Indonesia Gemilang

Internet akan memberikan sebuah penawaran terbaik untuk masa depan Indonesia yang gemilang, dengan mengubah cara pandang dan cara berpikir setiap generasi yang mampu mengakses dan memanfaatkan internet dengan baik.

Saat saya ditugaskan di daerah dengan akses komunikasi yang minim, banyak anak-anak yang menikah pada usia dini setelah lulus SMP atau SMA. Namun, di tempat saya bertugas saat ini, umumnya seseorang dianggap layak menikah setelah lulus kuliah atau memiliki pekerjaan tetap.

Ketika saya masih bersekolah dahulu, masyarakat menganggap menjadi seorang PNS sebagai pekerjaan idaman. Namun kini, menjadi PNS bukanlah satu-satunya pekerjaan yang diidam-idamkan.

Kemungkinan besar pergeseran dan perbedaan ini disebabkan oleh adanya akses internet yang memudahkan masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan, sehingga mengubah cara pandang dan tujuan dalam hidup.

Bayangkan dengan semakin teredukasinya melalui internet generasi muda saat ini akan lebih mempersiapkan diri untuk menuju jenjang pernikahan, dengan mengetahui usia yang tepat, waktu yang tepat, serta kemampuan finansial yang diperoleh melalui internet. Bukankah ini adalah sesuatu yang baik?

Bayangkan juga dengan semakin banyaknya berbagai pilihan dalam menghasilkan cuan di dunia yang terbuka lebar dengan akses internet, bukankah ini akan menjadi sebuah pilihan bijak yang pada akhirnya tidak menjadikan PNS sebagai satu-satunya pekerjaan idaman?

Bukankah sebuah formasi PNS dibuka dengan mempertimbangkan kebutuhan dan persediaan yang menumpuk? Dan ketika ternyata formasi tidak tersedia, sedangkan harapan tetap kuat untuk menjadi PNS, bukankah pada akhirnya membuka peluang untuk menjadikan mereka sebagai pengangguran terpelajar?

Nah, internet akan memberikan sebuah penawaran terbaik untuk masa depan Indonesia yang gemilang, dengan mengubah cara pandang dan cara berpikir setiap generasi yang mampu mengakses dan memanfaatkan internet dengan baik.

Terlebih lagi, jika program internet gratis dan internet cepat dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di desa-desa, tentu akan menjadi suatu kemajuan yang luar biasa. 

Potensi kesejahteraan masyarakat pedesaan menjadi kenyataan yang sangat memungkinkan. Ketika masyarakat pedesaan mampu bersaing dalam ranah ekonomi, maka kemajuan bangsa kita akan semakin kokoh.

Btw, internet gratis internet cepat ini adalah sebuah gagasan ataupun usulan bagi siapapun yang akan memimpin bangsa ini ke depan. 

Memang, tidaklah mudah. Saya yakin bahwa tidak ada yang namanya proses yang mudah, seperti membalik telapak tangan. 

Namun, dengan adanya sinergi dan kesamaan ide antara masyarakat, sekolah, dan pemerintah, berbagai tujuan baik melalui terbukanya akses internet dapat kita capai.

Saya tidak bermaksud berlebihan, ini adalah konsep yang bisa terwujud. Bukankah semua penemuan juga dimulai dari sebuah mimpi? 

Oh iya, jadi, baik itu makan siang gratis ataupun akses internet cepat gratis, saya yakin keduanya memiliki dampak baik masing-masing, dan saya pun setuju dengan keduanya.

Yang penting adalah bagaimana pemerintah ke depan mampu menentukan prioritas yang tepat untuk diimplementasikan. 

Salam Indonesia Lestari.

Sumber: 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun