Pernikahan yang dibangun atas janji-janji kosong berpotensi menciptakan hubungan yang toxic dalam keluarga, dan pada akhirnya bisa berujung pada perceraian.
Salah satu contoh adalah janji untuk menanggung nafkah dan biaya pendidikan adik atau keluarga lainnya.Â
Hal ini membutuhkan komitmen dan kematangan finansial yang besar, jadi jika kita tidak mampu, lebih baik tidak dipaksakan.Â
Memaksakan pernikahan dengan janji-janji yang tidak dapat dipenuhi dapat merusak keutuhan pernikahan dan membebani kedua belah pihak.
Oleh karena itu, laki-laki seharusnya tidak berjanji hanya untuk menikahi perempuan yang dicintai, dan tidak boleh membuat kebohongan mengenai syarat janji mereka, begitu pula sebaliknya.
Untuk menciptakan pernikahan yang bahagia dan utuh, serta untuk kebahagiaan, kita harus berhenti berjanji dengan janji yang hanya asal-asalan.Â
Saling Cinta
Mencintai tanpa dicintai itu sangat menyakitkan. Pernikahan membutuhkan kedua belah pihak saling mencintai dan dicintai, bukan hanya berjuang untuk mencintai.Â
Cinta adalah syarat yang paling utama dan mendasar dalam sebuah hubungan.
Sangat menyakitkan ketika kita hanya mencintai tapi tidak mendapat balasan yang sama.Â
Pernikahan bukan hanya tentang akad yang mudah, tetapi juga perjalanan yang panjang dan membutuhkan dukungan serta pelukan satu sama lain.
Mencoba memaksa untuk dicintai oleh pasangan hanya akan menimbulkan konflik dan menyakiti satu sama lain. Potensi untuk saling menyakiti pun menjadi besar.Â