Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menilik Gagasan dan Pentingnya Pelestarian Bahasa Daerah

8 Februari 2024   12:19 Diperbarui: 9 Februari 2024   07:47 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: KOMPAS.id

Hasilnya cukup mengejutkan, banyak dari siswa kami yang ternyata tidak bisa menggunakan bahasa daerah sesuai dengan suku masing-masing. 

Menurut mereka, mereka mengerti dengan makna percakapan tersebut, namun sulit ketika diminta untuk berdialog dengan menggunakan bahasa tersebut. 

Padahal orang tua mereka menggunakan bahasa sesuai dengan suku masing-masing saat berdialog, tapi dialog ini terbatas hanya antara ayah dan ibu, atau antara ayah, ibu dengan kakek dan nenek serta paman atau bibi.

Mereka mengakui bahwa jarang malah bahkan tidak pernah diajak berdialog dengan menggunakan bahasa daerah sesuai dengan suku mereka masing-masing. Komunikasi dengan bahasa daerah hanya dilakukan antara ayah dan ibu, bukan dengan mereka. 

Padahal bahasa adalah salah satu kebudayaan yang menjadi sebuah pondasi kokoh dalam mempertahankan sebuah kebudayaan. Apa jadinya jika bahasa daerah menjadi pupus, norma dalam kebudayaan juga akan menjadi hilang tak berbekas. 

Bahasa daerah bak degup jantung bagi sebuah kebudayaan, yang akan memompa semangat dan menyimpan memori tentang adat budaya yang terpatri pada suku tertentu.

Mengutip sebuah pendapat Antropolog ternama dunia, Clifford Geertz dari detik.com mengatakan kebudayaan merupakan sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol. 

Simbol tersebut kemudian diterjemahkan dan diinterpretasikan agar dapat mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik informasi, memantapkan individu, mengembangkan pengetahuan, hingga cara bersikap. 

Jadi, ketika kebudayaan hilang, maka manusia akan kehilangan berbagai fungsi pengetahuan, dan yang paling fatal adalah fungsi kontrol kehidupan mereka.

Salah satu contoh adalah sebuah makna tentang "unggah ungguh", merupakan sebuah konsep tentang etika pada suku Jawa. Pada "unggah ungguh", ada sebuah norma tak tertulis yang mengikat yang mengatur bagaimana bentuk interaksi antara individu per individu, sebaya, kepada yang lebih tua ataupun bagaimana berperilaku kepada yang lebih muda. 

Dan "unggah ungguh" ini berpotensi hilang seiring dengan bahasa daerah yang juga lambat laun gema-nya justru semakin menghilang di tengah gempuran perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang lajunya semakin tidak kita sadari sehingga menggerus berbagai kebudayaan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun