Wasana Kata
Saya berpendapat bahwa para siswa yang aktif dan berprestasi seharusnya memperoleh penilaian yang setara dalam rapor mereka. Tidak boleh ada lagi kasus di mana siswa yang aktif dan berprestasi menghadapi kegagalan dalam studi lanjut hanya karena adanya ketidakadilan dalam penilaian.
Masih segar dalam ingatan kekecewaan salah satu siswa berprestasi di sekolah kami, yang meski berhasil meraih medali perak tingkat nasional, namun gagal lolos SNMPTN, seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang mengacu pada nilai rapor.Â
Menurut analisis pribadi saya, ada kemungkinan bahwa beberapa nilai "terlewatkan," meskipun tentu masih banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Yang ingin saya sampaikan di sini sebenarnya merupakan ekspresi keprihatinan dan kekecewaan.
Seharusnya, kita bisa mengadopsi konsep sebagaimana yang diterapkan pada Salma, Juara Indonesian Idol 2023, di mana prestasinya dikonversi setara dengan 20 SKS.Â
Sama halnya dengan siswa yang aktif dan berprestasi, seharusnya keaktifan dan prestasi mereka dapat diwujudkan dalam bentuk nilai yang mencerminkan upaya mereka.Â
Jika kita terus membandingkan siswa yang aktif dan berprestasi dengan siswa yang tetap fokus di kelas tanpa berkegiatan apapun, saya rasa ini bukanlah perbandingan yang adil. Sebab, beban yang mereka tanggung pasti akan jauh lebih berat bagi siswa yang aktif dan berprestasi.Â
Bayangkan saja, siswa yang tetap fokus di kelas hanya memiliki satu tanggung jawab yang harus diemban, yakni mencapai kompetensi sesuai dengan mata pelajaran.Â
Sementara, bagi siswa yang aktif dan berprestasi, tidak hanya harus mencapai tujuan yang sama dengan siswa yang fokus di kelas, melainkan juga menanggung beban tambahan, seperti penyelenggaraan kegiatan yang harus berjalan sempurna atau meraih juara dalam perlombaan yang mereka ikuti.Â
Jadi, di mana letak keadilan dalam proses penilaian jika kita menyamaratakan mereka, padahal masing-masing memiliki tanggung jawab yang tak sama?
Saya menyampaikan pemikiran ini untuk mengajak refleksi, bagaimana guru-guru seharusnya dapat menghargai kerja keras siswa yang aktif dalam kegiatan dan prestasi dengan mengakui kontribusi mereka dalam penilaian.
Di era merdeka belajar, tidak seharusnya ada guru yang menyalahkan siswa yang tidak hadir di kelas karena mereka terlibat dalam kegiatan.Â