Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Honorer Tenaga Administrasi Sekolah yang Terlupakan di Dunia Pendidikan

25 November 2023   13:49 Diperbarui: 28 November 2023   06:54 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Selamat ya peringkat pertama, semoga tetap di sini ya, ditempatkan di sini, bersama-sama lagi', itulah ungkapan selamat yang disampaikan oleh rekan kami, seorang tenaga administrasi sekolah, kepada salah satu rekan yang baru-baru ini mengikuti seleksi P3K.

Peringkat pertama tersebut berhasil diraih oleh rekan kami di tengah persaingan dengan sejumlah pendaftar lainnya dalam seleksi P3K tahun 2023. Saya, yang saat itu turut hadir dalam ruangan, menyaksikan secara langsung apresiasi tulus yang diberikan kepada rekan kami tersebut.

Mata saya secara spontan tertuju pada ekspresi rekan kami, yang telah mengabdi sebagai tenaga administrasi sekolah selama lebih dari sepuluh tahun di sekolah kami.

Di dalam hati, saya merasakan kegetiran yang luar biasa, mengamati paradoks yang terpampang di depan mata. Rekan-rekan kami yang mengikuti seleksi P3K tahun 2023 sebagian besar adalah guru honorer, yang masa kerjanya secara umum belum sebanding dengan rekan kami di tenaga administrasi sekolah.

Ironisnya, ada yang telah memulai pengabdian mereka sejak tahun 1990-an, rata-rata rekan kami di tenaga administrasi sekolah memulai pengabdiannya pada tahun 2004-an. Beda dengan rekan kami para guru honorer, yang rata-rata masa kerjanya jauh lebih muda dibandingkan dengan tenaga administrasi sekolah.

Meski demikian, takdir berkata lain, dan justru merekalah yang memiliki potensi besar untuk lebih dahulu mencapai impian menjadi tenaga yang digaji oleh pemerintah melalui penerimaan P3K.

Jika pemerintah berkomitmen menjadikan tahun 2024 sebagai tahun jeda untuk instansi, termasuk sekolah, agar tidak lagi merekrut honorer, sekaligus memberikan waktu kepada pemerintah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang melibatkan tenaga honorer, maka perhatian tidak boleh hanya tertuju pada guru honorer. Penting untuk diingat bahwa di sekolah juga terdapat tenaga administrasi honorer yang masih berharap untuk diangkat menjadi aparatur sipil negara, sebagaimana juga diimpikan oleh para guru honorer yang menyandarkan harapannya kepada pemerintah.

Melalui opini ini, penulis berharap agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang mendukung para tenaga administrasi sekolah yang saat ini terasa terpinggirkan akibat berbagai kebijakan yang tampaknya selalu mengutamakan guru.

Keberadaan tenaga administrasi sekolah seakan dianggap "anak tiri", dan eksistensinya nampaknya kurang mendapatkan pengakuan yang layak dari pemerintah. Padahal, tegaknya sebuah sekolah dengan berbagai aktivitas yang mencerdaskan anak bangsa tidak hanya ditopang oleh peran seorang guru, melainkan juga oleh kontribusi para tenaga administrasi sekolah.

Meskipun mereka tidak langsung terlibat dalam proses mengajar, tenaga administrasi sekolah memiliki peran penting dalam mempersiapkan segala hal agar pembelajaran berjalan dengan tertib, baik, dan nyaman. Mereka turut andil dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memiliki tata kelola administrasi yang baik.

Oleh karena itu, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa pencapaian tujuan nasional dalam bidang pendidikan tidak hanya bergantung pada peran guru, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kontribusi para tenaga administrasi sekolah.

Pada Hari Guru Nasional 2023, penulis mencoba menggali fakta-fakta seputar tenaga administrasi sekolah yang selama ini cenderung terabaikan dalam pemberian apresiasi dan perhatian terhadap nasib mereka, dibandingkan dengan rekan-rekan guru honorer.

Melalui tulisan ini, penulis berharap agar ada kesadaran akan pentingnya memberikan perhatian dan apresiasi yang setara kepada seluruh elemen dalam dunia pendidikan, termasuk tenaga administrasi sekolah, yang juga memiliki peran krusial dalam mencapai tujuan nasional pendidikan.

Masih Banyak yang Berstatus Honorer 

Jumlah yang cukup besar ini mencerminkan kompleksitas tugas administratif yang harus diemban, dan untuk menjalankan operasional di sekolah kami yang memiliki luasan kurang lebih dua hektar serta beragam ruangan untuk mendukung proses pembelajaran.

Hanya ada 3 tenaga administrasi sekolah yang memiliki status ASN, sementara selebihnya berstatus honorer dan menempati berbagai posisi, seperti staff urusan administrasi, petugas keamanan, supir, petugas kebersihan halaman, kelas, kantor, dan petugas administrasi perpustakaan. 

Pertanyaan mengenai alasan mengapa sekolah kami mempekerjakan tenaga administrasi sekolah dalam jumlah yang cukup banyak dengan berbagai tugas dan tanggung jawab yang beragam, tidak dapat dihindari. Namun, jawabannya sederhana: sekolah kami adalah salah satu lembaga pendidikan yang cukup besar di kota ini.

Untuk menjaga kebersihan halaman, kelas, dan kantor, diperlukan petugas kebersihan yang tidak sedikit. Mobilitas siswa dalam mengikuti berbagai kegiatan, seperti lomba, juga tinggi, sehingga manajemen sekolah bersama komite setuju untuk mengangkat tenaga administrasi sekolah yang berperan sebagai supir, bertanggung jawab dalam menggerakkan berbagai kegiatan sekolah.

Selain itu, jumlah siswa kami yang mencapai 928 siswa pada tahun ini menunjukkan bahwa ada banyak administrasi yang perlu disiapkan dan dilengkapi oleh sekolah.

Oleh karena itu, sekolah juga memutuskan untuk mengangkat tenaga administrasi sekolah khusus yang bertugas sebagai pengadministrasi, termasuk petugas perpustakaan.

Petugas perpustakaan ini memiliki tanggung jawab untuk mengelola kegiatan di perpustakaan sekolah yang menampung puluhan ribu buku, memastikan data aset terkelola dengan baik, serta menangani aktivitas peminjaman dan pengembalian oleh 928 siswa.

Situasi ini mungkin mencerminkan realitas di banyak sekolah di seluruh negeri, terutama karena seleksi khusus untuk penerimaan tenaga administrasi sekolah jarang dibuka oleh pemerintah.

Oleh karena itu, sekolah harus mengangkat tenaga administrasi sesuai dengan bidang tupoksinya agar kegiatan sekolah dapat tetap berjalan dengan lancar. Perlu diingat bahwa kontribusi tenaga administrasi sekolah sangat penting dalam menopang keberlanjutan operasional dan kemajuan pendidikan di sekolah-sekolah.

"Pemain Utama" di Sekolah

Jangan berpikir bahwa mereka hanya berperan sebagai "pemain cadangan" yang sekadar melengkapi atau membantu dalam berbagai tugas di sekolah. Ironisnya, mereka seringkali menjadi "pemain utama" dalam penugasan di lingkungan sekolah. Hal ini mungkin sulit untuk dipercaya, namun nyatanya demikian. 

Para tenaga administrasi sekolah, rata-rata berasal dari generasi yang melek teknologi atau bahkan terpaksa menjadi melek teknologi. Kenapa terpaksa?

Karena jika tidak demikian, eksistensinya di sekolah dapat terancam oleh rekrutan baru yang dianggap lebih mahir dalam penggunaan teknologi. Kondisi ini semakin diperkuat dengan adanya tenaga administrasi sekolah yang memiliki status ASN, di mana kebanyakan dari mereka adalah generasi yang lahir pada tahun 1960-an dan sebagian besar sudah memasuki usia pensiun. Pada kenyataannya, kepiawaian dalam teknologi pada generasi ASN ini mungkin tidak sehebat rekan-rekan kami yang berstatus honorer. 

Di wilayah penugasan kebersihan, mereka menjadi "pemain utama" karena sampai saat ini, belum ada formasi ASN untuk petugas kebersihan. Meskipun kebersihan merupakan masalah yang sama pentingnya dengan kegiatan belajar mengajar di kelas, namun kebijakan pemerintah belum sepenuhnya mencakup area ini.

Hal yang serupa juga berlaku pada sektor keamanan sekolah, di mana, mirip dengan petugas kebersihan, sampai saat ini tidak ada formasi ASN untuk petugas keamanan sekolah. Meskipun sekolah membutuhkan pengamanan, pengawasan, dan penertiban, namun kenyataannya, formasi untuk posisi ini masih belum terpenuhi.

Untuk rekan kami yang bertugas sebagai staff perpustakaan sekolah, bayangkan bagaimana mungkin ribuan buku dan berbagai aktivitas perpustakaan dapat dikelola sendiri.

Oleh karena itu, sekolah juga merespon dengan mengangkat tenaga administrasi sekolah yang memiliki keahlian teknis khusus untuk menangani perpustakaan.

Maka, adakah yang dapat lebih wajar dengan menyebut mereka, rekan kami tenaga administrasi sekolah ini, sebagai "pemain utama" di sekolah? Meskipun mungkin jarang mendapatkan sorotan, kontribusi mereka dalam menjalankan berbagai tugas pokok di sekolah memiliki dampak yang sangat besar terhadap kelancaran operasional dan kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa.

Panggung Pengabdian Lebih dari 10 Tahun 

Rata-rata, rekan-rekan kami pada tenaga administrasi sekolah memiliki masa kerja yang melampaui 10 tahun. 

Pada tahun 2014, pemerintah membuka seleksi untuk ASN guru dan tenaga administrasi sekolah. Namun, sayangnya, banyak dari rekan kami pada tenaga administrasi sekolah tidak memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi pada tahun tersebut, sehingga mereka banyak yang tertinggal dalam kesempatan tersebut. Di sekolah kami, hanya satu rekan tenaga administrasi sekolah yang berhasil lulus pada tahun tersebut, sementara nasib sisanya masih belum jelas.

Pada saat itu, salah satu syaratnya adalah memiliki masa kerja sebelum tahun 2004. Dalam kategori tersebut, hanya ada 4 rekan kami yang memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi, sedangkan sisanya yang baru bekerja setelah tahun 2004 tidak memenuhi kriteria untuk mengikuti seleksi ASN pada tahun tersebut.

Meskipun demikian, mereka tetap menjaga harapan dan terus menggantungkan asa untuk diangkat menjadi pegawai pemerintah, sehingga pengabdian mereka di sekolah kami tetap berlanjut. Beberapa rekan kami bahkan telah mengabdi sejak tahun 1990-an hingga sekarang, dan pada usia mereka yang saat ini memasuki masa pensiun, mereka masih belum memiliki kepastian jelas untuk diangkat menjadi ASN.

Dibandingkan dengan rekan kami para guru honorer yang saat ini mengikuti seleksi P3K, pengabdian mereka terbilang cukup panjang. Saya mencoba mengingat-ingat, dan menemukan bahwa masa kerja terlama dari rekan kami para guru honorer ini adalah sejak tahun 2017, yang artinya baru 6 tahun bekerja di sekolah kami.

Perbandingan ini menyoroti betapa panjangnya pengabdian rekan-rekan kami pada tenaga administrasi sekolah yang berstatus honorer, yang meskipun memiliki masa kerja yang lebih lama, belum mendapatkan kepastian yang jelas terkait pengangkatan menjadi ASN.

Tidak Semua Tupoksi Masuk Pendataan

Terdapat kejanggalan menarik yang menciptakan dinamika permasalahan di sekolah kami, terutama pada akhir tahun 2022 ketika dilakukan pendataan tenaga honorer di berbagai sekolah. Sayangnya, tidak semua tupoksi dari tenaga administrasi sekolah yang memiliki status honorer dapat dimasukkan dalam pendataan tersebut. 

Yang terdaftar dalam pendataan adalah tenaga administrasi sekolah yang memiliki tugas teknis di bidang administrasi kantor. Namun, sayangnya, di sekolah kami, tenaga administrasi sekolah tidak hanya terbatas pada tugas teknis administrasi kantor, melainkan melibatkan berbagai tupoksi lainnya.

Beberapa dari rekan kami yang bertugas sebagai tenaga teknis dalam bidang kebersihan halaman sekolah, pertamanan, kebersihan toilet siswa dan guru, petugas keamanan, serta supir, sayangnya tidak termasuk dalam kriteria pendataan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Meskipun telah dilayangkan berbagai protes kepada pihak sekolah, namun hal ini tidak mengubah kenyataan, karena pendataan ini sepenuhnya berdasarkan instruksi dari pemerintah daerah yang saat itu mungkin memandang tenaga administrasi sekolah sebagai tenaga teknis yang hanya berada di kantor.

Keputusan ini menimbulkan kesedihan yang mendalam, terutama bagi rekan-rekan kami yang bertugas sebagai tenaga teknis non-administrasi. Mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh kebijakan pemerintah yang seolah-olah mengesampingkan eksistensi mereka. Padahal, kegiatan belajar mengajar dan seluruh aktivitas di sekolah sangat bergantung pada kontribusi para rekan yang berada di jajaran tenaga administrasi sekolah.

Dengan demikian, kebijakan ini tidak hanya memberikan dampak emosional yang negatif bagi mereka, tetapi juga dapat mempengaruhi kelancaran operasional sekolah dan mutu pelayanan pendidikan yang diberikan kepada siswa.

Wasana Kata: Menyuarakan Eksistensi

Pemerintah sejatinya telah mengambil berbagai langkah konkrit untuk mengatasi permasalahan honorer, sayangnya, langkah-langkah tersebut tampaknya belum sepenuhnya menyentuh dan memberikan dukungan yang memadai bagi rekan-rekan yang bekerja sebagai tenaga administrasi sekolah.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim, memperkirakan bahwa hingga tahun 2024, sebanyak satu juta guru honorer akan diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). 

"Saat ini, sudah lebih dari 500.000 hingga 600.000 guru honorer diangkat sebagai ASN PPPK," ujar Nadiem dalam acara Hari Guru Nasional 2023 di Indonesia Arena GBK, Sabtu (25/11/2023), seperti yang dikutip dari KOMPAS.com.

Penting untuk diakui bahwa masih terlihat fokus perhatian pemerintah pada guru-guru honorer semata, seringkali tenaga administrasi sekolah yang memiliki status honorer dianggap seolah-olah menjadi anak tiri di dunia pendidikan. Padahal, keberadaan mereka di sekolah bukan sekadar pelengkap, melainkan merupakan pilar utama yang mendukung kelancaran seluruh kegiatan sekolah.

Tanpa kontribusi mereka, sekolah dapat tersendat, mengingat tugas utama guru adalah fokus pada proses pengajaran. Tenaga administrasi sekolahlah yang menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan tertata baik. Bersama dengan guru mereka bertugas mengkoordinasikan serta mendampingi siswa dalam berbagai kegiatan lomba di luar sekolah, dan berkat mereka, data-data administrasi tentang siswa tersusun dengan lengkap, memungkinkan para guru untuk menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Sehingga, sangat wajar jika kita menganggap mereka sebagai pahlawan dalam dunia pendidikan. Sudah saatnya mengangkat eksistensi para rekan yang bekerja di balik layar kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pemerintah perlu memperhatikan nasib dan harapan mereka, sejajar dengan perhatian yang diberikan kepada rekan-rekan guru honorer. 

Saat kita merayakan Hari Guru Nasional 2023, penghormatan ini disampaikan untuk para guru, pendidik, dan juga tenaga administrasi sekolah di seluruh penjuru Indonesia. Terima kasih atas dedikasi dan kontribusi yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun