Ketiga, Normalisasi Kekerasan
Tidak hanya membentuk mentalitas "senggol bacok," eksposur berlebihan terhadap kekerasan dalam tontonan juga berpotensi membawa dampak lain yang serius, yaitu normalisasi kekerasan.Â
Fenomena ini terjadi ketika masyarakat terbiasa dengan tindakan kekerasan hingga akhirnya tindakan tersebut menjadi sesuatu yang lumrah, bahkan dianggap sebagai suatu norma.
Efek normalisasi kekerasan ini bisa sangat merusak dalam masyarakat. Ketika orang terpapar secara berulang dengan tontonan yang mempromosikan tindakan kekerasan, mereka dapat kehilangan rasa empati terhadap orang lain.Â
Mereka mungkin menjadi kurang peka terhadap penderitaan dan dampak yang ditimbulkan oleh tindakan kekerasan, karena terbiasa melihatnya sebagai bagian dari hiburan atau cara penyelesaian konflik.Â
Lebih lanjut, normalisasi kekerasan juga dapat mengubah persepsi kita tentang apa yang dapat diterima dalam masyarakat. Tindakan-tindakan kasar yang semestinya dihindari dan dihukumi negatif dapat berubah menjadi tindakan yang dianggap biasa dan bahkan dihargai.Â
Ini berarti bahwa orang mungkin lebih cenderung menjustifikasi atau bahkan mengadopsi tindakan kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.
Normalisasi kekerasan bertentangan dengan upaya mencapai perdamaian dan mengurangi tindakan kekerasan di seluruh dunia, seperti yang ditunjukkan dalam SDG 16. Target SDG 16 mencakup pengurangan kekerasan, menciptakan lembaga yang inklusif, dan memastikan akses universal ke hukum yang adil. Normalisasi kekerasan dapat mengancam pencapaian target-target ini.Â
Mengatasi Bahaya Laten Selebritis "Naik Ring" Demi Pembangunan BerkelanjutanÂ
Berbagai potensi ancaman yang muncul akibat fenomena "naik ring" oleh para selebritis dan publik figur tidak bisa disepelekan. Dalam rangka melindungi generasi muda dan menjaga integritas nilai-nilai sosial yang telah kita anut selama ini, perlu adanya campur tangan pemerintah dan peran aktif dari para orang tua.Â
Kita tak boleh mengabaikan potensi dampak berantai dari normalisasi kekerasan. Hal-hal yang saat ini mungkin terlihat sepele bisa tumbuh menjadi masalah serius di masa depan. Oleh karena itu, semua pihak, termasuk pemerintah dan orang tua, harus bersatu untuk menghentikan normalisasi kekerasan dan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi landasan keyakinan kita.
Pemerintah perlu merumuskan regulasi yang ketat terkait dengan konten-konten "naik ring" publik figur. Hal ini harus mencakup pedoman moral dan etika yang tegas untuk media massa, termasuk televisi, radio, dan media sosial.Â
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, pemerintah dapat meluncurkan kampanye pendidikan publik yang menyoroti bahaya normalisasi kekerasan. Hal ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif tontonan kekerasan.Â