Banyak juga loh, cerita dari teman-teman penulis di kantor, bagaimana baik hatinya warung langganannya kepada mereka. Bahkan warung langganan tersebut mau dibayar per tiga bulan sekali saat mereka gajian.
Apa yang mereka beli? Biasanya mereka, kawan kami ini belanja untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari beras, minyak, sampo, sabun, bumbu dapur, dan segala macam kebutuhan untuk hidup sehari-hari.
Kebaikan warung langganan ini membuat detak kehidupan mereka tetap terjaga, bukan hanya pribadi individu teman penulis saja, tetapi juga untuk anak-anak dan istri teman penulis.
Bayangkan bagi mereka dengan penghasilan yang hanya dibayarkan per tiga bulan sekali, sungguh sangat berat rasanya untuk menyambung kehidupan dari bulan ke bulan.
FYI, teman penulis adalah pegawai honorer yang sama-sama bekerja di kantor yang sama dengan penulis, dan kebetulan saat itu sistem penggajian adalah per tiga bulan sekali.
Teman penulis tersebut juga mengungkapkan bagaimana rasa bersyukurnya dia dan keluarga dibantu oleh warung langganannya tersebut.
Saat itu penulis juga membayangkan betapa beratnya teman penulis tersebut dalam menghidupi kehidupan keluarganya. Bayangkan saat itu teman penulis tersebut hanya pegawai honorer yang harus menghidupi tiga anak dan satu orang istri.
Jika dihitung-hitung secara materi maka warung langganan tersebut bisa dikatakan tidak untung. Bayangkan saja mereka bisa dikatakan rugi dengan waktu.
Sebab yang namanya warung-warung kecil, untungnya juga kecil, mereka menggunakan keuntungan jual beli sebagai modal untuk berjualan kembali dan menghidupi kehidupan mereka dan keluarga.
Tapi nyatanya justru mereka adalah orang pertama yang bisa menolong langsung kehidupan kita, dengan kas bon terlebih dahulu berbagai kebutuhan pokok harian dan dilunasi nanti saat gajian.
Itu baru satu cerita dari teman saya yang berada di sekolah. Saya ingat dulu sewaktu kecil, saya adalah anak yang paling sering diajak ke warung oleh mamak.