Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Warung Langganan: Dari Kas Bon sampai Coping Mechanism

25 September 2023   20:23 Diperbarui: 26 September 2023   10:01 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KOMPAS.com dari Shutterstock/Rembolle 

Berada di sudut jalan yang terbilang strategis sebab diapit oleh empat jalan ke segala arah. Kadang juga tersembunyi dalam rimbunnya dedaunan sebagai peneduh para pelanggan saat sedang berbelanja.

Terdapat sebuah warung langganan, tidak hanya sebagai tempat belanja, tetapi warung ini menjadi tempat tidak terpisahkan bagi kami dan juga warga sekitar.

Warung langganan ini tidak hanya sekadar tempat mencari keuntungan, tetapi menjadi jantung kebersamaan dan kepedulian antar tetangga yang hidup dalam satu lingkungan.

Warung ini menjadi saksi bisu perjalanan dari masa ke masa, perjalanan panjang kehidupan dengan kebersamaan yang kental terasa.

Bukan hanya sekedar perpindahan uang dan barang, tetapi terjalin persaudaraan, saling mengasihi, dan kepercayaan yang membuat detak jantung kehidupan tetap menyala.

Di dalam opini ini, penulis mencoba menggali bagaimana warung langganan menjadi warung berjasa, yang lebih dari sekedar tempat transaksi, melainkan menjadi simbol kepercayaan dan persaudaraan. Selamat datang di "Warung Langganan: dari Kas Bon sampai Coping Mechanism."

Pertama, Ngebon dulu

Sumber gambar: KOMPAS.id dari FRANSISCA NATALIA UNTUK KOMPAS 
Sumber gambar: KOMPAS.id dari FRANSISCA NATALIA UNTUK KOMPAS 

Iseng-iseng coba kita bilang ke toko retail franchise, "Mbak, kalau bayarnya nanti pas gajian gimana? Boleh ndak?" Pasti kita semua sudah mampu menebak apa jawaban dari pegawai toko tersebut.

Lain halnya ketika kita bilang demikian kepada warung langganan kita, ya iyalah, emang sudah langganan ya pasti bisa dikasih kas bon dulu.

Btw, gak juga sih, coba kita bandingkan dengan toko retail franchise, kira-kira walaupun kita sudah langganan di toko tersebut apa mungkin diperbolehkan demikian? Pasti tidak kan?

Inilah bedanya warung dengan toko-toko retail franchise yang lain, warung langganan kita adalah sahabat sejati dalam bidang perekonomian.

Konsumen diperlakukan layaknya seorang saudara sendiri dengan berbekal kepercayaan pemilik warung kepada kita.

Banyak juga loh, cerita dari teman-teman penulis di kantor, bagaimana baik hatinya warung langganannya kepada mereka. Bahkan warung langganan tersebut mau dibayar per tiga bulan sekali saat mereka gajian.

Apa yang mereka beli? Biasanya mereka, kawan kami ini belanja untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari beras, minyak, sampo, sabun, bumbu dapur, dan segala macam kebutuhan untuk hidup sehari-hari.

Kebaikan warung langganan ini membuat detak kehidupan mereka tetap terjaga, bukan hanya pribadi individu teman penulis saja, tetapi juga untuk anak-anak dan istri teman penulis.

Bayangkan bagi mereka dengan penghasilan yang hanya dibayarkan per tiga bulan sekali, sungguh sangat berat rasanya untuk menyambung kehidupan dari bulan ke bulan.

FYI, teman penulis adalah pegawai honorer yang sama-sama bekerja di kantor yang sama dengan penulis, dan kebetulan saat itu sistem penggajian adalah per tiga bulan sekali.

Teman penulis tersebut juga mengungkapkan bagaimana rasa bersyukurnya dia dan keluarga dibantu oleh warung langganannya tersebut.

Saat itu penulis juga membayangkan betapa beratnya teman penulis tersebut dalam menghidupi kehidupan keluarganya. Bayangkan saat itu teman penulis tersebut hanya pegawai honorer yang harus menghidupi tiga anak dan satu orang istri.

Jika dihitung-hitung secara materi maka warung langganan tersebut bisa dikatakan tidak untung. Bayangkan saja mereka bisa dikatakan rugi dengan waktu.

Sebab yang namanya warung-warung kecil, untungnya juga kecil, mereka menggunakan keuntungan jual beli sebagai modal untuk berjualan kembali dan menghidupi kehidupan mereka dan keluarga.

Tapi nyatanya justru mereka adalah orang pertama yang bisa menolong langsung kehidupan kita, dengan kas bon terlebih dahulu berbagai kebutuhan pokok harian dan dilunasi nanti saat gajian.

Itu baru satu cerita dari teman saya yang berada di sekolah. Saya ingat dulu sewaktu kecil, saya adalah anak yang paling sering diajak ke warung oleh mamak.

Dan ternyata kembali saya mengulas tentang kenangan masa lalu, saya sadar ternyata warung langganan mamak bisa dibilang adalah warung berjasa bagi kehidupan kami dan keluarga.

Bayangkan, mamak kami kadang juga tidak selamanya punya uang lebih, tapi justru yang punya warung bilang "bawa dulu aja, mbak, bayarnya bulan depan gak papa," dan itu bukan sekali dua kali, hampir tiap mamak terlihat belanjanya sedikit atau terlihat resah, warung langganan mamak pasti bilang demikian.

Yang paling ditunggu-tunggu ketika menjelang lebaran, warung langganan mamak juga sering kali memberikan THR kepada kami. Bayangkan kalau mereka hanya niat cari untung terus, kira-kira apa ya cuan banyak dengan cara yang seperti ini.

Kedua, Coping Mechanism

Sumber gambar: KOMPAS/PRIYOMBODO 
Sumber gambar: KOMPAS/PRIYOMBODO 
Masih dari pengalaman warung langganan mamak, jangan dipikir hubungan mamak dan warung langganan hanya seputar masalah kas bon atau untung rugi ya, warung langganan mamak ini juga layaknya klinik curhat pelepas lelah atau penyalur rasa depresi atau sekarang lebih familiar dengan sebutan coping mechanism.

Di sela-sela transaksi jual beli, kadang kala baik mamak atau pemilik warung saling berbalas curhat alias curcol kalau sekarang, curhat colongan. 

Dari seputar masalah parenting, sosial budaya, financial, sampai kadang nyerempet masalah politik, wah lengkap banget ya layaknya topik-topik di Kompasiana, hehe. 

Atau kalau kita gabungkan berbagai topik itu menjadi satu pada akhirnya menjadi sebuah hal yang sering digemari ibu-ibu yaitu "ngegosip".

Dari warung langganan mamak inilah kadang kita tau berbagai fenomena yang sedang terjadi di lingkungan sekitar kita saat ini yang sedang trending.

Dari warung langganan mamak inilah kadang kita jadi tau kapan jadwal ronda nya bapak. Dan dari warung langganan mamak inilah kadang kita tahu ada pasar-pasar murah yang sedang diselenggarakan.

Dan juga dari warung langganan mamak inilah kadang kita tahu sedang ada kegiatan sunat massal yang sedang diadakan. Dan dari warung langganan mamak inilah kami tahu kapan jadwal membawa makanan untuk berbuka puasa saat ramadhan datang.

Pokoknya semua cerita lengkap, bahkan sampai cerita tentang siapa yang suka "nge cheat" pun ada, wah area dewasa sudahan ini. Bagi saya yang saat itu masih kecil, bisanya ndomblong dan mantuk-mantuk saja sambil milihin mau jajan apa.

Mamak rasanya menikmati berbagai alur cerita yang meluncur begitu saja dari pemilik warung dan juga ibu-ibu yang saat itu kebetulan sama-sama belanja di warung langganan mamak. 

Hitung-hitung hal ini membuat mamak melepas lelah karena berkumpul, bercengkerama, sambil bercerita yang tanpa sengaja bisa jadi segala unegh-unegh di dada keluar begitu saja, maka tak salah kalau bisa dibilang warung langganan mamak sebagai coping mechanism juga.

Ketiga, Titip Rumah dan Anak

Sumber gambar: KOMPAS.id dari WISNU DEWABRATA 
Sumber gambar: KOMPAS.id dari WISNU DEWABRATA 
Ini tidak lagi tentang cerita warung langganan mamak, sekarang tentang keluarga kami yang kebetulan berdekatan dengan warung langganan.

Acapkali ketika kami sekeluarga pergi untuk beberapa hari, tidak lupa saya dan keluarga berpamitan terlebih dahulu pada warung langganan kami.

Memang menjadi sedekat itu antara kami dan warung langganan kami, dalam pamitan tersebut biasanya kami juga menitipkan rumah untuk beberapa hari agar bisa diawasi saat kami sedang tidak berada di rumah.

Tidak hanya itu saja, kadang-kala ketika anak atau istri sakit, saya juga tidak lupa selalu menyampaikan untuk pamitan, bahwa kami sekeluarga sedang berada di rumah sakit untuk beberapa hari, mohon kiranya rumah kami bisa diawasi saat kami pergi.

Atau ketika saya dan istri kebetulan pergi dan anak harus berada di rumah sendiri, juga saya sampaikan bahwa kami menitipkan anak kami yang sedang berada di rumah, yang saat itu harus kami tinggalkan terlebih dahulu. 

Jadi, sungguh nyata, memiliki warung langganan serasa menambah saudara baru. 

Tidak hanya sampai pada acara titip-menitip, bahkan sampai saat ini karena saking akrabnya kami, anak-anak kami setiap malam setelah maghrib selalu diajari ngaji, kebetulan pemilik warung memiliki anak yang mahir mengajar ngaji.

Wasana Kata

Sumber gambar: KOMPAS.com dari Mitra Tokopedia 
Sumber gambar: KOMPAS.com dari Mitra Tokopedia 
Pada warung-warung langganan ada berbagai kebaikan yang ditebarkan oleh si pemilik warung. Berbagai kebaikan tersebut memberikan keberkahan tersendiri bagi pemiliknya hingga mereka juga seringkali dimampukan dalam segi financial.

Tidak hanya mencari untung ataupun hanya sekedar transaksi jual beli, mereka memastikan diri untuk tetap mendapatkan profit tetapi tetap menebar berbagai kebaikan, baik dengan kas bon, pemberian THR ataupun berbagai kebaikan bagi setiap pelanggannya.

Bahkan seringkali, warung ini menjadi tempat curhat colongan, yang berfungsi sebagai mekanisme penanggulangan stres bagi para ibu yang membutuhkan waktu untuk "me time" setelah beraktivitas sepanjang hari atau merawat anak-anak.

Kadang kala juga jadi tempat untuk pamit dan sekaligus titip anak ataupun rumah ketika kita harus pergi meninggalkan rumah untuk beberapa hari. 

Oleh karena itu, tidak salah jika kita menyebut warung-warung ini sebagai warung berjasa dalam kehidupan kita, mewarnai kehidupan dari masa ke masa, menjadi penopang perekonomian keluarga dan menjadi coping mechanism bagi para ibu rumah tangga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun